Langsung ke konten utama

Review Buku Bagaimana Menjadi Calon Guru dan Guru Profesional



REVIEW BUKU
(Wahyu Dewanto)

Judul Buku               : Bagaimana Menjadi Calon Guru dan Guru Profesional
Penulis                      : Prof. Suyanto,Ph.D dan Drs. Asep Djihad,M.Pd
ISBN                           :978-979-17-7338-6
Penerbit         `           : Multi Pressindo, Yogyakarta
Tebal                          : xix dan 302 halaman

 
Ringkasan Buku    :

Bagaimana Menjadi Calon Guru dan Guru Profesional karya Prof. Suyanto, Ph.D dan Drs. Asep Djihad,M.Pd keduaya adalah pendidik sekaligus pakar kependidikan profesional yang telah berkecimpung cukup lama hampir sepanjang karirnya. Prof. Suyanto,Ph.D aalah seorang cendikiawan, aktifis, birokrat, trainer, pembicara sekaligus penulis dan kolumnis yang produktif. Karya yang sangat fenomenal telah menghasilkan tidak kurang 1000 artikel di berbagai surat kabar, majalah dan jurnal disamping menerbitkan banyak buku-buku tentang kependidikan. Sementara Drs. Asep Djihad,M.Pd yang pada saat buku ini di tulis sedang menyelesaikan studi doktornya dalam bidang manajemen pendidikan dan sebelum menjadi dosen sempat menjadi guru SMP, SMA dan Madrasah Aliyah.
 Buku ini seakan membawa saya terhanyut kembali kepada masa-masa awal menjadi seorang pendidik. Bagaimana tidak, banyak contoh dan teladan bagaimana sebenarnya seorang guru yang profesional itu bertindak dalam setiap situasi. Pada catatan penulis halaman xi dinyatakan bahwa sosok guru yang dinyatakan dalam pelaku profesi dengan beragam julukan sekaligus  talenta yang melekat dalam diri. Dinyatakan pula bahwasanya guru tidak lepas dari sosok “Oemar Bakrie”, sebuah satire di masa orde baru yang dipopulerkan penyanyi Iwan Fals yang memuji sebagai “Pahlawa Tanpa Tanda Jasa” sekaligus meyindir gelar terhormat seorang guru terkait dengan kesejahteraannya.
Buku ini juga dapat membantu menemukan sosok guru yang ideal yang dipaparkan secara detail dan komprehensif sehingga bagi mahasiswa yang bercita-cita menjadi guru atau guru itu sendiri dipastikan bisa memahami sosok guru: siapa dia, bagaimana dia, harus melakukan apa dia, bagaimana melakukan pekerjaan profesionalnya, baik secara teoritik maupun praktik dalam kegiatan belajar-mengajar di kelas.
Buku ini terdiri dari xiv dan 302 halaman dengan 10 bab. Bab pertama pembaca akan menikmati pengantar singkat mengenai pengantar guru profesional dan efektif. Selanjutnya di bab II, akan diperkenalkan tentang gagasan kepribadian dan profesionalisme guru. Dalam bab ini disajikan deskripsi dan narasi yang menarik tentang ciri kepribadian guru, profesionalisme guru dan usaha peningkatan profesionalisme guru. Sementara untuk memberi landasan teoritik mengenai kompetensi guru dan sebagaimaa kompetensi itu dimaknai alam hubunga timbal balik dengan siswa dapat dijumpai pada bab III. Keseluruhan bab ini akan memberikan penjelasa yang memadai tentang hakikat guru profesional dalam kegiatan pembelajaran di sekolah.
Bab IV penulis memaparkan bagaimana cara guru dalam mengelola pembelajaran di kelas. Dimulai dari pengelolaan pembelajaran dan berakhir dengan pengembangan materi pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Untuk mendukug lebih jauh gagasan tersebut  pada Bab V dan Bab VI penulis menyajikan ulasan tentang kompetensi guru dalam memecahkan permasalaha belajar di kelas dan bagaimana mengelola kelas melalui keunggulan media pembelajaran. Pada dua bab tersebut, usaha mencari solusi atas berbagai masalah yang terjadi di kelas  dan bagaimana menggunakan media pembelajaran agar efektifitas proses belajar mengajar dapat tercapai, menjadi diskusi dan wacana yang bisa menggugah kesadaran guru akan pentingnya kompetensi itu.
Sementara itu, untuk memaparkan metode an model pembelajaran yag baik sebagai jurus mengajar yang efektif dan menyenangkan, penulis mengulasnya di Bab VII dengan ulasan yang mendalam. Pada bab ini pembaca akan dibawa pada pemahaman yang komprehensif mengenai 16 macam metode pembelajaran mulai dar yang paling konvensional (ceramah), diskusi, pemecahan masalah, buzz group, syndicate group, hingga kerja kelompok. Di samping itu pembahasan tentang pengertian, ciri-ciri, fungsi dan model pembelajaran juga melengkapi bab ini. Tidak mengherankan  jika membaca bab ini seolah-olah kita sedang dalam kegiatan belajar-mengajar yang begitu menyenangkan, tanpa ada pihak yang saling mendominasi satu dengan yang lainnya.
Lebih jauh lagi, untuk menghadapi cepatnya arus perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang berdampak pada perubahan bagaimana peserta didik harus belajar dan bagaimana perilaku mahasiswa, calon guru, dan guru harus berubah secara profesional, penulis berusaha membkali dengan pengetahuan khusus kepada pembaca model pembelajaran berbasis teknologi, sekaligus meletakkan dasar-dasar pemahaman mengenai pergeseran pandangan tentang pembelajaran akibat arus informasi dan teknologi tersebut. Soal gagasan ini semua, pembaca dapat mempelajarinya pada Bab VIII.
Pada Bab IX, pembaca akan menemukan pembahasan mengenai kemampuan yang diperlukan guru dalam megevaluasi proses pembelajaran. Selanjutnya ditawarkan empat konsep dan paradigma tentang penilaian, langkah-langkah membuat instrumen penilaian, penskoran dan penerapan penilaian kelas dalam pembelajaran.
Bab X atau bab terakhir dari buku ini, penulis mengakhiri penulisan buku ini dengan bahasan mengenai pentingnya jaringan profesi kerja guru. Pembahasa ini lahir untuk meningkatkan kinerja guru melalui perluasan jaringan profesi kerja guru yang selama ini diabaikan karena guru-guru “terkungkung” pada komunikasi internal di sekolah masing-masing.
Di sisi pemaparan, gagasan tentang guru profesional dijelaskan dengan bahasa yang lugas tanpa meninggalkan kaidah teoritik  dan bersifat praktis untuk dibaca oleh mahasiswa yang bercita-cita menjadi guru ataupun yang telah menjadi guru.
Isi Buku                     :

1.    Guru yang Profesional dan Efektif
Dalam bab ini ada empat sub tema pokok yang akan di bahas, yakni kompetensi guru, guru profesional, guru efektif dan Implementasi di Ruang Kelas. Dalam sub tema kompetensi guru dinyatakan bahwa secara umum ada tiga tugas guru sebagai profesi, yakni mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup; mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan; melatih berarti mengembangkan ketrampilan-ketrampilan untuk kehidupan siswa. Untuk dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawab di atas seorang guru dituntut memiliki beberapa kemampuan dan kompetensi tertentu sebagai bagian dari profesionalisme guru.
Guru yang profesional yang efektif adalah merupakan kunci utama keberhasilan proses belajar mengajar di sekolah. Hal ini hanya bisa di dapat dari pola rekrutmen dan pembinaan karir yang baik. Sedangkan ciri pekerjaan disebut profesional menurut CO Houle (1980) meliputi:
1.    Harus mempunyai landasan pengetahuan yang kuat;
2.    Harus berdasarkan atas kompetensi individual;
3.    Memiliki sistem seleksi dan sertifikasi;
4.    Ada kerjasama dan kompetisi yang sehat antar sejawat;
5.    Adanya kesadaran profesional yang tinggi;
6.    Memiliki prinsip-prinsip etik;
7.    Memiliki sistem sanksi profesi;
8.    Adanya militansi individual; dan
9.    Memiliki organisasi profesi.
Menjadi guru profesional adalah keniscayaan. Profesi guru juga sangat lekat dengan citra kemanusiaan. Menjadi guru mungkin semua orang bisa, tetapi menjadi guru yang memiliki keahlian dalam mendidik perlu pendidikan, pelatihan dan jam terbang yang memadai. Dalam konteks tersebut, menjadi guru profesional perlu melakukan pembelajaran di kelas secara efektif, setiddak-tidaknya:
1.    Memiliki kemampuan yang terkait dengan iklim belajar di kelas;
2.    Kemampuan yang terkait dengan strategi manajemen pembelajaran;
3.    Memiliki kemampuan yang terkait dengan pemberian umpan balik dan penguatan; dan
4.    Memiliki kemampuan yang terkait peningkatan diri.
Implementasi di ruang kelas, keberhasilan hubungan antar manusia dalam konteks pembelajaran akan sangat tergantung pada pribadi-pribadi yang melakukannya.
2.    Kepribadian dan Profesionalisme Guru
Dalam bab ini di ceritakan bahwa untuk menjadi seorang guru harus memiliki kepribadian yang kuat dan tepuji seperti kepribadian yang mantab, stabil, dewasa, arif an berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.
“Profesionalisme” adalah sebutan yang mengacu kepaa sikap mental dalam bentuk komitmendari para anggota suatu profesi untuk senantiasa mewujudkan dan meningkatkan kualitas profesional. Seorang guru yang meniliki profesionalisme yang tinggi akan tercermin dalam sikap mental serta komitmennya terhadap perwujudan dan peningkatan kualitas profesional melalui berbagai cara dan strategi. Sosok profesional guru juga ditunjukkan melalui tanggung-jawabnya dalam melaksanakan seluruh pengabdiannya.
3.    Kompetensi Guru dalam Berbagai Perspektif
Dalam bab ketiga ini setidaknya di bagi menjadi enam sub bab yakni (a) kompetensi guru; (b) kompetensi guru dalam konteks kebijakan; (c) perbandingan kompetensi dengan negara lain; (d) kompetensi dalam mengajar; (e) kompetensi membangun kekuatan siswa; dan (f) kompetensi penunjang.
Dalam bab ini pembaca diajak menilai diri sendiri sebagai seorang guru apakah sudah sudah kompeten? Walaupun seorang lulusan sarjana ataupun pasca sarjana dengan berbagai kursus yang telah diikuti. Untuk menjawab tantangan itu seorang guru dituntut untuk terus menerus belajar dan membuka diri terhadap perubahan jaman. Sosok seorang guru adalah manusia yang mudah menerima perubahan. Dengan membuka diri untuk terus berkembang guru akan menjadi orang yang kompeten dalam profesinya.
Dalam konteks kebijakan ternyata pemerintah telah merumuskan empat jenis kompetensi guru sebagaimana tercantum dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu:
1.    Kompetensi Pedagogik.
2.    Kompetensi Kepribadian.
3.    Kompetensi Sosial.
4.    Kompetensi Profesional.
Dalam bab ini pula buku ini menyajikan perbandingan kompetensi dengan negara lain, khususnya negara Amerika dan juga kompetensi dalam mengajar dalam rangka mengembangkan potensi siswa dan merancang pembelajaran yang menarik, membangun pembelajaran yang menarik serta memahami gaya mengajar guru.
Guru juga harus mempunyai kompetensi membangun kekuatan siswa dengan cara membangun rasa percaya diri siswa, membangun daya ingat, membangun motivasi, membangun komunikasi dan empati, membangun kreatifitas dalam pembelajaran serta memahami beragam kecerdasan siswa dengan menerapkan model pembelajaran kecerdasan majemuk di sekolah. Di sisi lain guru juga harus memiliki kompetensi penunjang dengan memiliki keahlian menulis, meneliti, berbahasa asing dan mendorong siswa mau membaca.
4.    Pengelolaan Proses Pembelajaran.
Bab ini menerangkan tentang pengelolaan kegiatan pembelajaran berupa pengelolaan ruangan kelas, pengelolaan siswa, pengelolaan kegiatan pembelajaran. Juga Strategi kegiatan pembelajaran dengan sub tema persiapan sebelum mulai mengajar, penyampaian, praktik dan penampilan hasil belajar.
Sarana dan sumber belajar yang merupakan fasilitas yang mempengaruhi secara langsung keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Beberapa karakteristik sarana yang efektif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.    Menarik perhatian dan minat siswa.
2.    Mampu meletakkan dasar-dasar untuk memahami sesuatu hal secara konkrit, sekaligus dapat mencegah atau mengurangi verbalisme.
3.    Merangsang tumbuhnya saling pengertian dan/atau tumbuhnya usaha pengembangan nilai-nilai.
4.    Mempunyai banyak kegunaan atau multifungsi.
5.    Mempunyai bentuk yang sederhana, mudah digunakan dan dirawat, mudah diperoleh, dapat dibuat sendiri oleh guru.
Pengembangan materi pembelajaran, menuntut guru untuk mengubah kebiasaan belajar mengajarnya dengan mengikuti perkembangan teknologi dan informasi, akses internet, buku, jurnal dan media pembelajaran lainnya.
5.    Kompetensi Memecahkan Permasalahan Belajar di Kelas
Bab lima ini terdiri dari sepuluh halaman yang terbagi dalam tia sub bab, yakni (a) gambaran ruang kelas; (b) peraturan kelas; dan (d) interaksi energetik guru dan siswa di kelas.
Pada gambaran ruang kelas setidaknya menjadikan sekolah dan ruang kelas menjadi tempat yang menyenangkan untuk bermain. Walaupun menjadi tempat menyenangkan untuk bermain, juga pelurusan dari makna bermain itu sendiri. Juga model pembelajaran yang memungkinkan kemampuan anak berkembang secara maksimal.
Dalam peraturan kelas adakalanya guru membuat peraturan yang intunya supaya siswa dapat belajar disipli. Kisi-kisi yang harus dipenuhi agar aturan dapat disepakati bersama antara lain:
1.    Membuat aturan seminim dan sejelas mungkin.
2.    Memberikan hadiah atau hukuman yang masuk akal
3.    Banyak berkomunikasi dengan siswa
4.    Bekerjasama dengan siswa.
5.    Bersikap dan berpikir positif.
6.    Pendekatan kepada siswa bermasalah.
Interaksi energetik guru dan siswa di kelas berguna untuk memotivasi belajar siswa dengan cara inovasi guru mengadopsi metode-metode pembelajaran terbaru. Seorang guru harus mampu bertindak sebagai fasilitator dengan membangun hubungan sinergis dan mengapresiasi apa yang dilakukan siswa. Hal termudah yang dilakukan seorang guru adalah selalu ada senyum di kelas dan guru bisa menjadi teladan dalam setiap gerak dan langkahnya.
6.    Pengelolaan Kelas dan Media Pembelajaran
Bab keenam tentang pengelolaan kelas dan media pembelajaran menyoroti dua masalah utama yaitu (a) pembelajaran yang efektif (b) penggunaan media pembelajaran. Pada pembelajaran yang efektif setidaknya pertama harus ada kegiatan analisis kebutuhan belajar siswa dan kedua harus ada gambaran seperti apa sistem ujian yang dipakai.
Pada pengelolaan kelas atau dalam bahasa Inggris diistilahkan sebagai clasroom management dimana pengelolaan kelas merupakan perilaku yang kompleks dimana guru menggunakan untuk menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang akan memungkinkan para siswa mencapai tujuan pembelajaran secara efisien.
Sedang pada pengorganisasian lingkungan belajar berfungsi agar terbangun proses belajar yang baik karena pada hakikatnya lingkungan mempengaruhi kemampuan konsentrasi siswa untuk belajar. Jika siswa dapat memaksimalkan konsentrasinya, maka mereka mampu menggunakan kemampuannya untuk menyerap materi ajar.
Sub bab penggunaan media belajar pada dasarnya membicarakan (1) masalah komunikasi dalam proses pembelajaran; (b) media dalam proses pembelajaran; dan (c) penggunaan media pembelajaran.
7.    Metode, Model, dan Pendekatan pembelajaran
Bab ke tujuh ini adalah merupakan bab inti yang paling banyak pembahasannya. Tidak kurang ada 70 halaman dari mulai halaman 129 hingga halaman 199 yang membahas dua sub bab, yaitu: (a) macam-macam metode pembelajaran; dan (b) model-model pembelajaran.
Dalam macam-macam metode pembelajaran ini ternyata dalam buku ini terdapat dua puluh model atau metode yang bisa ditemukan yaitu (1) ceramah; (2) metode diskusi; (3) pemecahan masalah (problem solving); (4) metode diskusi panel; (5) metode buzz group; (6) metode syndicate group; (7) metode simposium; (8) metode informal debate; (9) metode fish bowl; (10) metode brainstorming group; (11) metode qoloqium; (12) metode demonstrasi dan eksprimen; (13) metode sosio drama; (14) metode permainan (game method); (15) metode drill; (16) metode kerja lapangan (field work method); (17) metode karyawisata; (18) metode kerja kelompok; (19) metode eksplorasi (exploration method); dan (20) metode penyelidikan/inquiri (inquiry method).
Pada sub bab kedua tentang model-model pembelajaran disuguhkan dengan (1) pengertian; (2) asumsi model pembelajaran; (3) ciri-ciri model pembelajaran; (4) fungsi dan sumber model mengajar; dan (5) bentuk model pembelajaran. Khusus poin nomor 5 bentuk dan model pembelajaran penjelasan cukup detail dengan membaginya menjadi 9 tema yaitu (a) model pembelajaran langsung; (b) model pembelajaran tidak langsung; (c) model pembelajaran kooperatif (d) model pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir; (e) model pembelajaran berbasis masalah; (f) model pembelajaran tematik; (g) model pembelajaran hibrid; (h) pembelajaran dengan pendekatan kontekstual; dan (i) model pembelajaran inquiri.
8.    Guru dan Perubahan Zaman
Bab ke delapan ini membahas tentang guru dan peubahan zaman dimana yang dibahas adalah pembahasan berbasis teknologi yang berdampak pada guru yang tidak mempunyai pilihan lain untuk menguasai teknologi informasi dan komunikasi agar sosok kewibawaan guru tidak sirna di mata muridnya.
Menurut Rosenberg (2001) ada lima pergeseran dalam proses pembelajaran seiring dengan perkembangan TIK, yaitu:
1.    Dari pelatihan ke penampilan;
2.    Dari ruang kelas ke di mana saja dan kapan saja;
3.    Dari kertas ke “online” atau saluran;
4.    Dari fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja;
5.    Dari waktu siklus ke waktu nyata.
Berbeda dengan proses pembelajaran tradisional, teknologi informasi dan komunikasi saat ini memberikan wajah baru dalam dunia pembelajaran kotemporer.
Sub bab masalah pergeseran pandangan tentang pembelajaran berisi tentang bagaimana memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi oleh guru untuk memacu kreatifitas dan kemandirian belajar.
9.    Kemampuan Evaluasi
Bab ini menguraikan tentang kemampuan evaluasi yang merupakan instrumen amat penting bagi guru dalam menentukan tolok ukur keberhasilan belajar siswa. Dalam bab ini pembaca diberi pemahaman tentang penilaian yang berisi evaluasi, penilaian, pengukuran. Dalam penilaian sendiri sebenarnya terdapat fungsi evaluasi hasil belajar dan fungsi evaluasi program pengajaran. Fungsi evaluasi hasil belajar disebutkan ada beberapa jenis:
a.    Fungsi Formatif.
b.    Fungsi Sumatif.
c.    Fungsi Diagnostik.
d.    Fungsi Seleksi.
e.    Fungsi Motivasi.
Bab ini juga membicarakan fungsi penilaian dalam pembelajaran, baik pada penilaian berkelanjutan maupun penilaian akhir yang dikembangkan secara menyeluruh, berkelanjutan, berorientasi pada indikator ketercapaian dan sesuai dengan pengalaman belajar. Juga Aspek yang dinilai akibat dari pembelajaran sesuai dengan kemampuan dasar yang ingin di capai.
Jenis instrumen penilaian bisa berupa tes baik tertulis maupun lisan  dan non tes berupa pengamatan, skala sikap, angket, catatan harian dan daftar cek.
10. Pentingnya Jaringan Profesi Guru
Dalam bab ke sepuluh dan terakhir ini pembaca akan di suguhkan dengan jaringan kerja guru agar guru benar-benar profesional, saling berkomunikasi dan berinteraksi dengan rekan sejawatnya baik melalui pertemuan tatap muka atau melalui e-mail, internet, sms, telfon dan lain sebagainya.
Dalam bab ini juga di bahas (a) pengertian dari jaringan kerja guru; (b) tujua utama jaringan kerja guru; (c) urgensi jaringan kerja guru; (d) langkah-langkah membangun jaringan; (e) jaringan kerja guru di Indonesia; (f) jenis-jenis kegiatan jaringan kerja guru; (g) strategi kegiatan pemberdayaan MGMP/KKG.
Khusus di sub bab terakhir tentang strategi kegiatan pemberdayaan MGMP/KKG dipaparkan strategi perencanaan program yang berbasis guru dengan jalan (1) melakukan identifikasi masalah; (2) merumuskan masalah; (3) menetapkan skala prioritas; (4) analis kesenjangan (5) menyusun rencana kegiatan; dan (6) pemetaan sumber daya pendidikan.
Dalam pemetaan potensi sumber daya pendidikan setidaknya terdapat tiga komponen supra sistem yang mendukung program MGMP, yaitu:
a.    Struktural Power (Kekuasaan Struktural)
Institusi yang berada pada level pusat, provinsi, kabupaten, kecamatan, dan tingkat satuan pendidikan (sekolah). Institusi ini memberi dukungan berupa peraturan, kebijakan, sarana prasarana dan atau dana.
b.    Functional Power (Kekuasaan Fungsional)
Para ahli atau pakar pendidikan pada tingkat pusat, provinsi, kabupaten baik sebagai akademisi maupun praktisi di bidang pendidikan.
c.    Community Power (Kekuatan Masyarakat).
Kelompok ini terdiri dari tokoh masyarakat, tokoh agama, pengusaha, dan orang tua siswa. Kelompok masyarakat memberi dukungan moril dalam keterlibatan bidang pendidikan. Bantuan materil berupa bantuan dana untuk pendidikan.



 
Penutup                    :
Buku ini benar-benar sangat komprehensif dan cukup untuk dapat dipakai sebagai pegangan bagi mahasiswa keguruan yang  bercita-cita menjadi guru maupun guru senior sebagai instropeksi diri dan menilai diri sendiri apakah selama ini telah menjalankan kewajiban profesionalnya sebagai guru sudah benar. Banyak pelajaran yang bisa dipetik, disertai contoh-contoh konkrit dari seorang pendidik senior yang benar-benar pakar dalam bidangnya.
Selain sangat komprehensif buku ini juga sangat luas dan terlalu luas sehingga banyak pengulangan-pengulangan yang tidak perlu sehingga membuat jenuh pembaca. Semestinya buku ini bisa lebih tebal lagi dengan memerincikan hal-hal yang dipaparkan secara lebih detail sehingga bisa menjadi buku referensi yang sangat berkualitas dan mendalam setara dengan buku-buku pegangan karya ilmuwan dari luar.
Buku ini terdapat beberapa kesalahan yang tidak berarti berupa kesalahan ketik, tetapi secara umum tidak mengganggu karena hanya berupa salah ketik satu huruf di beberapa tempat saja.
            Sebagai buku tutorial, buku ini layak dimiliki seorang calon guru maupun guru senior sebagai buku pedoman dan pegangan dikala terjadi kebuntuan ide dalam belajar mengajar.
 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis Jalur (Path Analysis)

Analisis Jalur (Path Analysis) A.      Pengertian Analisis Jalur (path analysis) adalah suatu metode penelitian yang pertama kali dikembangkan oleh seorang ahli genetika yaitu Sewall Wright (Joreskog & Sorbom, 1996; Johnson & Wichern, 1992 dalam Riduwan dan Engkos Achmad Kuncoro, 2013:1). Analisis jalur adalah suatu bentuk terapan dari analisis multi regresi (Fraenkel dan Wallen, 1992 dalam Nidjo Sandjojo, 2011:11-12) menyatakan bahwa analisis jalur digunakan untuk menguji kemungkinan dari suatu hubungan sebab akibat   diantara tiga variabel atau lebih. Dengan demikian, analisis jalur pada dasarnya adalah sarana untuk menganalisis hubungan kausal antar variabel guna mengetahui baik pengaruh langsung maupun pengaruh tidak langsung diantara variabel bebas (independent variable) terhadap variabel terikat (dependent variable) . Dalam penelitian ilmu sosial, ekonomi, bisnis, pendidikan dan lainnya, pengaruh terhadap suatu variabel tidak selamanya didominasi oleh satu va

Etika Profesi Sistem Informasi

ARTIKEL ETIKA PROFESI SISTEM INFORMASI 1201095 WIRA LUCIANA 1201174 IVO YAYAN MARIAYAN 1201224 HERLINA             PROGRAM STUDI SISTIM INFORMASI SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER(STMIK) NURDIN HAMZAH    TAHUN 2015 ETIKA DALAM SISTEM INFORMASI P erkembangan   teknologi komputer sebagai sarana informasi memberikan banya keuntungan. Salah satu manfaatnya adalah bahwa informasi dapat dengan segera diperoleh dan pengambilan keputusan dapat dengan cepat dilakukan secara lebih akurat, tepat dan berkualitas. Namun, di sisi lain, perkembangan teknologi informasi, khususnya komputer menimbulkan masalah baru. Bahwa banyak sekarang penggunaan komputer sudah di luar etika penggunaannya, misalnya: dengan pemanfaatan teknologi komputer, dengan mudah seseorang dapat mengakses data dan informasi dengan cara yang tidak sah. Adapula yang memanfaatkan teknologi komputer ini untuk

PERSPEKTIF ILMU, SENI, DAN AGAMA DALAM KHAZANAH ILMU PENGETAHUAN, BUDAYA, DAN PERADABAN

PERSPEKTIF ILMU, SENI, DAN AGAMA DALAM KHAZANAH ILMU PENGETAHUAN, BUDAYA, DAN PERADABAN A.    PENDAHULUAN Saat ini kemajuan ilmu dan pengetahuan sedemikian pesatnya. Banyak fenomena aneh di masa lalu kini adalah merupakan kejadian biasa dan bisa dijelaskan secara nalar ilmiah. Sebagai contoh misalnya telefon yang bisa menghubungkan antarasatu orang dengan orang lain di benua yang berbeda, radio, televisi, internet yang bisa membawa kabar berita pada waktu yang bersamaan sampai pesawat terbang yang bisa menerbangkan manusia hingga ke luar angkasa dan lain sebagainya. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tentu saja membawa dampak baik yang positif maupun negatif. Kemajuan itu juga tentunya seakan memberi definisi lain hubungan antara ilmu pengetahuan dengan agama, budaya dan peradaban. Agama sebagai wahyu yang berasal dari Tuhan pada hakekatnya adalah sumber dari kebenaran dan ilmu pengetahuan tidak mungkin salah. Budaya dan peradaban yang merupakan hasil akal budi manusi