REVIEW BUKU
(Wahyu Dewanto)
Judul Buku :
Bagaimana Menjadi Calon Guru dan Guru Profesional
Penulis :
Prof. Suyanto,Ph.D dan Drs. Asep Djihad,M.Pd
ISBN :978-979-17-7338-6
Penerbit ` : Multi Pressindo, Yogyakarta
Tebal :
xix dan 302 halaman
Ringkasan Buku :
Bagaimana Menjadi Calon Guru dan Guru Profesional karya Prof. Suyanto, Ph.D
dan Drs. Asep Djihad,M.Pd keduaya adalah pendidik sekaligus pakar kependidikan profesional
yang telah berkecimpung cukup lama hampir sepanjang karirnya. Prof.
Suyanto,Ph.D aalah seorang cendikiawan, aktifis, birokrat, trainer, pembicara
sekaligus penulis dan kolumnis yang produktif. Karya yang sangat fenomenal
telah menghasilkan tidak kurang 1000 artikel di berbagai surat kabar, majalah
dan jurnal disamping menerbitkan banyak buku-buku tentang kependidikan.
Sementara Drs. Asep Djihad,M.Pd yang pada saat buku ini di tulis sedang
menyelesaikan studi doktornya dalam bidang manajemen pendidikan dan sebelum menjadi
dosen sempat menjadi guru SMP, SMA dan Madrasah Aliyah.
Buku ini seakan membawa saya
terhanyut kembali kepada masa-masa awal menjadi seorang pendidik. Bagaimana
tidak, banyak contoh dan teladan bagaimana sebenarnya seorang guru yang
profesional itu bertindak dalam setiap situasi. Pada catatan penulis halaman xi
dinyatakan bahwa sosok guru yang dinyatakan dalam pelaku profesi dengan beragam
julukan sekaligus talenta yang melekat
dalam diri. Dinyatakan pula bahwasanya guru tidak lepas dari sosok “Oemar
Bakrie”, sebuah satire di masa orde baru yang dipopulerkan penyanyi Iwan Fals
yang memuji sebagai “Pahlawa Tanpa Tanda Jasa” sekaligus meyindir gelar terhormat
seorang guru terkait dengan kesejahteraannya.
Buku ini juga dapat membantu menemukan sosok guru yang ideal yang
dipaparkan secara detail dan komprehensif sehingga bagi mahasiswa yang
bercita-cita menjadi guru atau guru itu sendiri dipastikan bisa memahami sosok
guru: siapa dia, bagaimana dia, harus melakukan apa dia, bagaimana melakukan
pekerjaan profesionalnya, baik secara teoritik maupun praktik dalam kegiatan
belajar-mengajar di kelas.
Buku ini terdiri dari xiv dan 302 halaman dengan 10 bab. Bab pertama
pembaca akan menikmati pengantar singkat mengenai pengantar guru profesional
dan efektif. Selanjutnya di bab II, akan diperkenalkan tentang gagasan
kepribadian dan profesionalisme guru. Dalam bab ini disajikan deskripsi dan
narasi yang menarik tentang ciri kepribadian guru, profesionalisme guru dan
usaha peningkatan profesionalisme guru. Sementara untuk memberi landasan
teoritik mengenai kompetensi guru dan sebagaimaa kompetensi itu dimaknai alam
hubunga timbal balik dengan siswa dapat dijumpai pada bab III. Keseluruhan bab
ini akan memberikan penjelasa yang memadai tentang hakikat guru profesional
dalam kegiatan pembelajaran di sekolah.
Bab IV penulis memaparkan bagaimana cara guru dalam mengelola pembelajaran
di kelas. Dimulai dari pengelolaan pembelajaran dan berakhir dengan
pengembangan materi pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Untuk mendukug
lebih jauh gagasan tersebut pada Bab V
dan Bab VI penulis menyajikan ulasan tentang kompetensi guru dalam memecahkan
permasalaha belajar di kelas dan bagaimana mengelola kelas melalui keunggulan
media pembelajaran. Pada dua bab tersebut, usaha mencari solusi atas berbagai
masalah yang terjadi di kelas dan
bagaimana menggunakan media pembelajaran agar efektifitas proses belajar
mengajar dapat tercapai, menjadi diskusi dan wacana yang bisa menggugah
kesadaran guru akan pentingnya kompetensi itu.
Sementara itu, untuk memaparkan metode an model pembelajaran yag baik
sebagai jurus mengajar yang efektif dan menyenangkan, penulis mengulasnya di
Bab VII dengan ulasan yang mendalam. Pada bab ini pembaca akan dibawa pada
pemahaman yang komprehensif mengenai 16 macam metode pembelajaran mulai dar
yang paling konvensional (ceramah), diskusi, pemecahan masalah, buzz group, syndicate group, hingga
kerja kelompok. Di samping itu pembahasan tentang pengertian, ciri-ciri, fungsi
dan model pembelajaran juga melengkapi bab ini. Tidak mengherankan jika membaca bab ini seolah-olah kita sedang
dalam kegiatan belajar-mengajar yang begitu menyenangkan, tanpa ada pihak yang
saling mendominasi satu dengan yang lainnya.
Lebih jauh lagi, untuk menghadapi cepatnya arus perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi yang berdampak pada perubahan bagaimana peserta didik
harus belajar dan bagaimana perilaku mahasiswa, calon guru, dan guru harus
berubah secara profesional, penulis berusaha membkali dengan pengetahuan khusus
kepada pembaca model pembelajaran berbasis teknologi, sekaligus meletakkan
dasar-dasar pemahaman mengenai pergeseran pandangan tentang pembelajaran akibat
arus informasi dan teknologi tersebut. Soal gagasan ini semua, pembaca dapat
mempelajarinya pada Bab VIII.
Pada Bab IX, pembaca akan menemukan pembahasan mengenai kemampuan yang
diperlukan guru dalam megevaluasi proses pembelajaran. Selanjutnya ditawarkan
empat konsep dan paradigma tentang penilaian, langkah-langkah membuat instrumen
penilaian, penskoran dan penerapan penilaian kelas dalam pembelajaran.
Bab X atau bab terakhir dari buku ini, penulis mengakhiri penulisan buku
ini dengan bahasan mengenai pentingnya jaringan profesi kerja guru. Pembahasa
ini lahir untuk meningkatkan kinerja guru melalui perluasan jaringan profesi
kerja guru yang selama ini diabaikan karena guru-guru “terkungkung” pada
komunikasi internal di sekolah masing-masing.
Di sisi pemaparan, gagasan tentang guru profesional dijelaskan dengan
bahasa yang lugas tanpa meninggalkan kaidah teoritik dan bersifat praktis untuk dibaca oleh
mahasiswa yang bercita-cita menjadi guru ataupun yang telah menjadi guru.
Isi Buku :
1. Guru yang
Profesional dan Efektif
Dalam bab ini ada empat sub tema pokok yang akan di bahas, yakni kompetensi
guru, guru profesional, guru efektif dan Implementasi di Ruang Kelas. Dalam sub
tema kompetensi guru dinyatakan bahwa secara umum ada tiga tugas guru sebagai
profesi, yakni mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan
mengembangkan nilai-nilai hidup; mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan
ilmu pengetahuan; melatih berarti mengembangkan ketrampilan-ketrampilan untuk
kehidupan siswa. Untuk dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawab di atas
seorang guru dituntut memiliki beberapa kemampuan dan kompetensi tertentu
sebagai bagian dari profesionalisme guru.
Guru yang profesional yang efektif adalah merupakan kunci utama
keberhasilan proses belajar mengajar di sekolah. Hal ini hanya bisa di dapat
dari pola rekrutmen dan pembinaan karir yang baik. Sedangkan ciri pekerjaan
disebut profesional menurut CO Houle (1980) meliputi:
1. Harus mempunyai
landasan pengetahuan yang kuat;
2. Harus berdasarkan
atas kompetensi individual;
3. Memiliki sistem
seleksi dan sertifikasi;
4. Ada kerjasama dan
kompetisi yang sehat antar sejawat;
5. Adanya kesadaran
profesional yang tinggi;
6. Memiliki
prinsip-prinsip etik;
7. Memiliki sistem
sanksi profesi;
8. Adanya militansi
individual; dan
9. Memiliki organisasi
profesi.
Menjadi guru
profesional adalah keniscayaan. Profesi guru juga sangat lekat dengan citra
kemanusiaan. Menjadi guru mungkin semua orang bisa, tetapi menjadi guru yang
memiliki keahlian dalam mendidik perlu pendidikan, pelatihan dan jam terbang
yang memadai. Dalam konteks tersebut, menjadi guru profesional perlu melakukan
pembelajaran di kelas secara efektif, setiddak-tidaknya:
1. Memiliki kemampuan
yang terkait dengan iklim belajar di kelas;
2. Kemampuan yang
terkait dengan strategi manajemen pembelajaran;
3. Memiliki kemampuan
yang terkait dengan pemberian umpan balik dan penguatan; dan
4. Memiliki kemampuan
yang terkait peningkatan diri.
Implementasi di
ruang kelas, keberhasilan hubungan antar manusia dalam konteks pembelajaran
akan sangat tergantung pada pribadi-pribadi yang melakukannya.
2. Kepribadian dan
Profesionalisme Guru
Dalam bab ini di ceritakan bahwa untuk menjadi seorang guru harus memiliki
kepribadian yang kuat dan tepuji seperti kepribadian yang mantab, stabil,
dewasa, arif an berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak
mulia.
“Profesionalisme” adalah sebutan yang mengacu kepaa sikap mental dalam
bentuk komitmendari para anggota suatu profesi untuk senantiasa mewujudkan dan
meningkatkan kualitas profesional. Seorang guru yang meniliki profesionalisme
yang tinggi akan tercermin dalam sikap mental serta komitmennya terhadap
perwujudan dan peningkatan kualitas profesional melalui berbagai cara dan
strategi. Sosok profesional guru juga ditunjukkan melalui tanggung-jawabnya
dalam melaksanakan seluruh pengabdiannya.
3. Kompetensi Guru
dalam Berbagai Perspektif
Dalam bab ketiga ini setidaknya di bagi menjadi enam sub bab yakni (a)
kompetensi guru; (b) kompetensi guru dalam konteks kebijakan; (c) perbandingan
kompetensi dengan negara lain; (d) kompetensi dalam mengajar; (e) kompetensi
membangun kekuatan siswa; dan (f) kompetensi penunjang.
Dalam bab ini pembaca diajak menilai diri sendiri sebagai seorang guru
apakah sudah sudah kompeten? Walaupun seorang lulusan sarjana ataupun pasca
sarjana dengan berbagai kursus yang telah diikuti. Untuk menjawab tantangan itu
seorang guru dituntut untuk terus menerus belajar dan membuka diri terhadap
perubahan jaman. Sosok seorang guru adalah manusia yang mudah menerima
perubahan. Dengan membuka diri untuk terus berkembang guru akan menjadi orang
yang kompeten dalam profesinya.
Dalam konteks kebijakan ternyata pemerintah telah merumuskan empat jenis
kompetensi guru sebagaimana tercantum dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah
No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu:
1. Kompetensi
Pedagogik.
2. Kompetensi
Kepribadian.
3. Kompetensi Sosial.
4. Kompetensi
Profesional.
Dalam bab ini pula
buku ini menyajikan perbandingan kompetensi dengan negara lain, khususnya
negara Amerika dan juga kompetensi dalam mengajar dalam rangka mengembangkan
potensi siswa dan merancang pembelajaran yang menarik, membangun pembelajaran
yang menarik serta memahami gaya mengajar guru.
Guru juga harus
mempunyai kompetensi membangun kekuatan siswa dengan cara membangun rasa
percaya diri siswa, membangun daya ingat, membangun motivasi, membangun
komunikasi dan empati, membangun kreatifitas dalam pembelajaran serta memahami
beragam kecerdasan siswa dengan menerapkan model pembelajaran kecerdasan
majemuk di sekolah. Di sisi lain guru juga harus memiliki kompetensi penunjang
dengan memiliki keahlian menulis, meneliti, berbahasa asing dan mendorong siswa
mau membaca.
4. Pengelolaan Proses
Pembelajaran.
Bab ini menerangkan
tentang pengelolaan kegiatan pembelajaran berupa pengelolaan ruangan kelas,
pengelolaan siswa, pengelolaan kegiatan pembelajaran. Juga Strategi kegiatan
pembelajaran dengan sub tema persiapan sebelum mulai mengajar, penyampaian,
praktik dan penampilan hasil belajar.
Sarana dan sumber
belajar yang merupakan fasilitas yang mempengaruhi secara langsung keberhasilan
siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Beberapa karakteristik sarana yang
efektif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Menarik perhatian
dan minat siswa.
2. Mampu meletakkan
dasar-dasar untuk memahami sesuatu hal secara konkrit, sekaligus dapat mencegah
atau mengurangi verbalisme.
3. Merangsang tumbuhnya
saling pengertian dan/atau tumbuhnya usaha pengembangan nilai-nilai.
4. Mempunyai banyak
kegunaan atau multifungsi.
5. Mempunyai bentuk
yang sederhana, mudah digunakan dan dirawat, mudah diperoleh, dapat dibuat
sendiri oleh guru.
Pengembangan materi
pembelajaran, menuntut guru untuk mengubah kebiasaan belajar mengajarnya dengan
mengikuti perkembangan teknologi dan informasi, akses internet, buku, jurnal
dan media pembelajaran lainnya.
5. Kompetensi
Memecahkan Permasalahan Belajar di Kelas
Bab lima ini terdiri
dari sepuluh halaman yang terbagi dalam tia sub bab, yakni (a) gambaran ruang
kelas; (b) peraturan kelas; dan (d) interaksi energetik guru dan siswa di
kelas.
Pada gambaran ruang
kelas setidaknya menjadikan sekolah dan ruang kelas menjadi tempat yang
menyenangkan untuk bermain. Walaupun menjadi tempat menyenangkan untuk bermain,
juga pelurusan dari makna bermain itu sendiri. Juga model pembelajaran yang
memungkinkan kemampuan anak berkembang secara maksimal.
Dalam peraturan
kelas adakalanya guru membuat peraturan yang intunya supaya siswa dapat belajar
disipli. Kisi-kisi yang harus dipenuhi agar aturan dapat disepakati bersama
antara lain:
1. Membuat aturan
seminim dan sejelas mungkin.
2. Memberikan hadiah
atau hukuman yang masuk akal
3. Banyak berkomunikasi
dengan siswa
4. Bekerjasama dengan
siswa.
5. Bersikap dan
berpikir positif.
6. Pendekatan kepada
siswa bermasalah.
Interaksi energetik
guru dan siswa di kelas berguna untuk memotivasi belajar siswa dengan cara
inovasi guru mengadopsi metode-metode pembelajaran terbaru. Seorang guru harus
mampu bertindak sebagai fasilitator dengan membangun hubungan sinergis dan
mengapresiasi apa yang dilakukan siswa. Hal termudah yang dilakukan seorang
guru adalah selalu ada senyum di kelas dan guru bisa menjadi teladan dalam
setiap gerak dan langkahnya.
6. Pengelolaan Kelas
dan Media Pembelajaran
Bab keenam tentang
pengelolaan kelas dan media pembelajaran menyoroti dua masalah utama yaitu (a)
pembelajaran yang efektif (b) penggunaan media pembelajaran. Pada pembelajaran
yang efektif setidaknya pertama harus ada kegiatan analisis kebutuhan belajar
siswa dan kedua harus ada gambaran seperti apa sistem ujian yang dipakai.
Pada pengelolaan
kelas atau dalam bahasa Inggris diistilahkan sebagai clasroom management dimana
pengelolaan kelas merupakan perilaku yang kompleks dimana guru menggunakan
untuk menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang akan memungkinkan para
siswa mencapai tujuan pembelajaran secara efisien.
Sedang pada
pengorganisasian lingkungan belajar berfungsi agar terbangun proses belajar
yang baik karena pada hakikatnya lingkungan mempengaruhi kemampuan konsentrasi
siswa untuk belajar. Jika siswa dapat memaksimalkan konsentrasinya, maka mereka
mampu menggunakan kemampuannya untuk menyerap materi ajar.
Sub bab penggunaan
media belajar pada dasarnya membicarakan (1) masalah komunikasi dalam proses
pembelajaran; (b) media dalam proses pembelajaran; dan (c) penggunaan media
pembelajaran.
7. Metode, Model, dan
Pendekatan pembelajaran
Bab ke tujuh ini
adalah merupakan bab inti yang paling banyak pembahasannya. Tidak kurang ada 70
halaman dari mulai halaman 129 hingga halaman 199 yang membahas dua sub bab,
yaitu: (a) macam-macam metode pembelajaran; dan (b) model-model pembelajaran.
Dalam macam-macam
metode pembelajaran ini ternyata dalam buku ini terdapat dua puluh model atau
metode yang bisa ditemukan yaitu (1) ceramah; (2) metode diskusi; (3) pemecahan
masalah (problem solving); (4) metode diskusi panel; (5) metode buzz
group; (6) metode syndicate group; (7) metode simposium; (8) metode
informal debate; (9) metode fish bowl; (10) metode brainstorming
group; (11) metode qoloqium; (12) metode demonstrasi dan eksprimen;
(13) metode sosio drama; (14) metode permainan (game method); (15)
metode drill; (16) metode kerja lapangan (field work method);
(17) metode karyawisata; (18) metode kerja kelompok; (19) metode eksplorasi (exploration
method); dan (20) metode penyelidikan/inquiri (inquiry method).
Pada sub bab kedua
tentang model-model pembelajaran disuguhkan dengan (1) pengertian; (2) asumsi
model pembelajaran; (3) ciri-ciri model pembelajaran; (4) fungsi dan sumber
model mengajar; dan (5) bentuk model pembelajaran. Khusus poin nomor 5 bentuk
dan model pembelajaran penjelasan cukup detail dengan membaginya menjadi 9 tema
yaitu (a) model pembelajaran langsung; (b) model pembelajaran tidak langsung;
(c) model pembelajaran kooperatif (d) model pembelajaran peningkatan kemampuan
berpikir; (e) model pembelajaran berbasis masalah; (f) model pembelajaran
tematik; (g) model pembelajaran hibrid; (h) pembelajaran dengan pendekatan
kontekstual; dan (i) model pembelajaran inquiri.
8. Guru dan Perubahan
Zaman
Bab ke delapan ini
membahas tentang guru dan peubahan zaman dimana yang dibahas adalah pembahasan
berbasis teknologi yang berdampak pada guru yang tidak mempunyai pilihan lain
untuk menguasai teknologi informasi dan komunikasi agar sosok kewibawaan guru
tidak sirna di mata muridnya.
Menurut Rosenberg
(2001) ada lima pergeseran dalam proses pembelajaran seiring dengan
perkembangan TIK, yaitu:
1. Dari pelatihan ke
penampilan;
2. Dari ruang kelas ke
di mana saja dan kapan saja;
3. Dari kertas ke “online”
atau saluran;
4. Dari fasilitas fisik
ke fasilitas jaringan kerja;
5. Dari waktu siklus ke
waktu nyata.
Berbeda dengan
proses pembelajaran tradisional, teknologi informasi dan komunikasi saat ini
memberikan wajah baru dalam dunia pembelajaran kotemporer.
Sub bab masalah
pergeseran pandangan tentang pembelajaran berisi tentang bagaimana memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi oleh guru untuk memacu kreatifitas dan
kemandirian belajar.
9. Kemampuan Evaluasi
Bab ini menguraikan
tentang kemampuan evaluasi yang merupakan instrumen amat penting bagi guru
dalam menentukan tolok ukur keberhasilan belajar siswa. Dalam bab ini pembaca
diberi pemahaman tentang penilaian yang berisi evaluasi, penilaian, pengukuran.
Dalam penilaian sendiri sebenarnya terdapat fungsi evaluasi hasil belajar dan
fungsi evaluasi program pengajaran. Fungsi evaluasi hasil belajar disebutkan
ada beberapa jenis:
a. Fungsi Formatif.
b. Fungsi Sumatif.
c. Fungsi Diagnostik.
d. Fungsi Seleksi.
e. Fungsi Motivasi.
Bab ini juga
membicarakan fungsi penilaian dalam pembelajaran, baik pada penilaian
berkelanjutan maupun penilaian akhir yang dikembangkan secara menyeluruh,
berkelanjutan, berorientasi pada indikator ketercapaian dan sesuai dengan
pengalaman belajar. Juga Aspek yang dinilai akibat dari pembelajaran sesuai
dengan kemampuan dasar yang ingin di capai.
Jenis instrumen
penilaian bisa berupa tes baik tertulis maupun lisan dan non tes berupa pengamatan, skala sikap,
angket, catatan harian dan daftar cek.
10. Pentingnya Jaringan
Profesi Guru
Dalam bab ke sepuluh
dan terakhir ini pembaca akan di suguhkan dengan jaringan kerja guru agar guru benar-benar
profesional, saling berkomunikasi dan berinteraksi dengan rekan sejawatnya baik
melalui pertemuan tatap muka atau melalui e-mail, internet, sms, telfon dan
lain sebagainya.
Dalam bab ini juga
di bahas (a) pengertian dari jaringan kerja guru; (b) tujua utama jaringan
kerja guru; (c) urgensi jaringan kerja guru; (d) langkah-langkah membangun
jaringan; (e) jaringan kerja guru di Indonesia; (f) jenis-jenis kegiatan
jaringan kerja guru; (g) strategi kegiatan pemberdayaan MGMP/KKG.
Khusus di sub bab
terakhir tentang strategi kegiatan pemberdayaan MGMP/KKG dipaparkan strategi
perencanaan program yang berbasis guru dengan jalan (1) melakukan identifikasi
masalah; (2) merumuskan masalah; (3) menetapkan skala prioritas; (4) analis
kesenjangan (5) menyusun rencana kegiatan; dan (6) pemetaan sumber daya
pendidikan.
Dalam pemetaan
potensi sumber daya pendidikan setidaknya terdapat tiga komponen supra sistem
yang mendukung program MGMP, yaitu:
a. Struktural Power (Kekuasaan Struktural)
Institusi yang berada pada level pusat,
provinsi, kabupaten, kecamatan, dan tingkat satuan pendidikan (sekolah).
Institusi ini memberi dukungan berupa peraturan, kebijakan, sarana prasarana
dan atau dana.
b. Functional Power (Kekuasaan Fungsional)
Para ahli atau pakar pendidikan pada tingkat
pusat, provinsi, kabupaten baik sebagai akademisi maupun praktisi di bidang
pendidikan.
c. Community Power (Kekuatan Masyarakat).
Kelompok ini terdiri dari tokoh masyarakat,
tokoh agama, pengusaha, dan orang tua siswa. Kelompok masyarakat memberi
dukungan moril dalam keterlibatan bidang pendidikan. Bantuan materil berupa
bantuan dana untuk pendidikan.
Penutup :
Buku ini benar-benar
sangat komprehensif dan cukup untuk dapat dipakai sebagai pegangan bagi
mahasiswa keguruan yang bercita-cita
menjadi guru maupun guru senior sebagai instropeksi diri dan menilai diri
sendiri apakah selama ini telah menjalankan kewajiban profesionalnya sebagai
guru sudah benar. Banyak pelajaran yang bisa dipetik, disertai contoh-contoh
konkrit dari seorang pendidik senior yang benar-benar pakar dalam bidangnya.
Selain sangat
komprehensif buku ini juga sangat luas dan terlalu luas sehingga banyak
pengulangan-pengulangan yang tidak perlu sehingga membuat jenuh pembaca.
Semestinya buku ini bisa lebih tebal lagi dengan memerincikan hal-hal yang
dipaparkan secara lebih detail sehingga bisa menjadi buku referensi yang sangat
berkualitas dan mendalam setara dengan buku-buku pegangan karya ilmuwan dari
luar.
Buku ini terdapat
beberapa kesalahan yang tidak berarti berupa kesalahan ketik, tetapi secara
umum tidak mengganggu karena hanya berupa salah ketik satu huruf di beberapa
tempat saja.
Sebagai buku tutorial, buku ini
layak dimiliki seorang calon guru maupun guru senior sebagai buku pedoman dan
pegangan dikala terjadi kebuntuan ide dalam belajar mengajar.
Komentar
Posting Komentar