Langsung ke konten utama

Berpikir Bebas Mengatasi Pengangguran



Berpikir Bebas Mengatasi Pengangguran

Kata Pengantar

Problematika pengangguran adalah merupakan masalah sosial yang dihadapi oleh banyak negara di dunia tidak terkecuali di Indonesia. Sebagai suatu masalah sosial, pengangguran pada hakekatnya adalah merupakan masalah bersama termasuk diri pribadi kita karena apabila banyak terjadi pengangguran di sekitar kita maka hidup kita pun tidak akan tentram karena kriminalitas dan masalah sosial pasti akan meningkat. Di sisi lain penganggur mungkin juga bisa menimpa keluarga atau kerabat kita bahkan kita sendiri dengan berbagai sebab.
Mencoba mengurai benang kusut masalah pengangguran sesungguhnya sangat berat dan banyak aspek yang bisa di kaji. Pada artikel ini penulis akan membahasnya dari sisi penanganan atau penanggulangan pengangguran dengan menggunakan dua pendekatan yaitu pendekatan menggunakan diagram venn dan pendekatan menggunakan konsep pemikiran out of the box yang tidak lazim dalam rangka berpikir kesisteman dalam memecahkan masalah.
Makalah ini juga merupakan tugas semester dari rangkaian perkuliahan akhir Berpikir Kesisteman Dalam Pendidikan yang di ampu oleh Prof. Dr. Ekawarna,M.Psi. Sebenarnya yang di ajarka oleh beliau ada lima pendekatan yakni: (1) diagram venn, (2) black box, (3) versi kaufman, (4) versi haines, dan, (5) model SMF. Dari ke lima model pendekatan tersebut penulis menggunakan pendekatan diagram venn ditambah dengan teori lain tersendiri yakni out off the box yang penulis rasa mampu memecahkan masalah pengangguran dengan instant walau itu merupakan jalan terakhir dari rangkaian berpikir kesisteman dalam memecahkan masalah.
Kiranya makalah ini dapat berguna dalam memecahkan masalah pengangguran yang semakin-lama semakin parah karena berkurangnya secara drastis sumber-sumber daya alam yang ada di Indonesia khususnya Provinsi Jambi akibat ulah segelintir orang yang tidak bertanggung jawab.
Lebih dan kurang penulis mohon maaf, dan kiranya wacana out off the box yang dipaparkan di bawah hanya sekedar wacana karena kita mempunyai pemimpin yang bisa memecahkan masalah tanpa masalah dengan solusi yang win-win solution, sama-sama menguntungkan. Semoga.
























I.              Pendahuluan

Dalam menghadapi hidup, manusia akan selalu di dera masalah. Masalah-masalah itu bagi kebanyakan orang adalah sesuatu yang mengganggu, tetapi bagi sebagian kecil orang adalah merupakan tantangan yang menarik untuk dihadapi dan dijadikan jembatan untuk menuju kesuksesan. Orang-orang yang menjadikan masalah adalah sebagai jembatan untuk mencapai kesuksesan jumlahnya tidak banyak, dan mereka itu adalah manusia-manusia yang berpikir secara sistem.
Cara berpikir sistem adalah salah satu pendekatan yang diperlukan agar manusia dapat memandang persoalan-persoalan dunia ini dengan lebih menyeluruh dan dengan demikian pengambilan keputusan dan pilihan aksi dapat dibuat lebih terarah kepada sumber-sumber persoalan yang akan mengubah sistem secara efektif.
Dalam makalah ini, kami akan menyajikan cara memecahkan masalah dengan cara berpikir secara sistem untuk masalah pengangguran yang merupakan problem nasional bahkan internasional yang mulai ada semenjak revolusi industri dicanangkan di Inggris beberapa abad yang silam. Mengapa sejak revolusi Inggris? Karena masa sebelum itu boleh dikatakan penduduk dunia umumnya adalah pengusaha (entrepreneur) baik yang menggarap sawah atau kebun miliknya sendiri ataupun menjadi pedagang-pedagang dari dagangan miliknya sendiri.
Revolusi Industri merubah segalanya, banyak pedagang, petani/pekebun yang beralih profesi menjadi karyawan atau pekerja atau buruh bahkan secara sarkas dibilang koeli. Pedagang kehilangan toko nya dan petani/pekebun kehilangan sawah/ladangnya untuk bekerja di pabrik-pabrik yang memproduksi barang secara massal.
Makalah ini mungkin terlihat sangat sarka, ini sekedar hanya sebagai penekanan bahwasanya pengangguran di Indonesia ini dapat ditanggulangi secara bersama-sama dengan berpikir kesisteman artinya baik pemerintah, masyarakat dan tentu saja pribadi-pribad bekerja lebih keras dalam menanggulangi secara bersama-sama masalah pengangguran.

II.            Rumusan Masalah
Dari berita berita media masa seperti yang kami gambarkan di atas, yang terjadi saat ini bahwasanya di Indonesia pada tahun 2014 terdapat 7,24 juta orang pengangguran di Indonesia. Di berita yang lain ada juga berita bahwasanya sarjana Indonesia terbanyak kelima di dunia dan yang lebih ironis sarjana yang menganggur dari berbagai strata ada sekitar 600 ribu orang.
Dalam makalah ini penulis merumuskan maslah bahwasanya pengangguran di Indonesia sudah dalam tahap memprihatinkan sehingga perlu penanganan secara serius, terpadu dan berpikir kesisteman dengan memperhatikan faktor-fakto baik secara internal maupun eksternal.

III.           Fakta dan Data Media Massa
ANGKA PENGANGGURAN
7,24 juta orang Indonesia adalah pengangguran

JAKARTA. Pemerintah tampaknya gagal mengatasi pengangguran karena jumlahnya akan meningkat tahun ini. Sepanjang bulan Februari hingga Agustus 2014, jumlah pengangguran di Indonesia bertambah 0,09 juta orang dari 7,15 juta orang meningkat 7,24 juta orang. Dengan jumlah ini, tingkat ini diprediksi akan bertambah karena pertumbuhan ekonomi yang melambat di 5,01%
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah angkatan kerja di Indonesia mencapai 121,87 juta orang, yang meningkat dari Agustus tahun 2013 sebesar 120,17 juta orang. Tetapi peningkatan ini juga terjadi pada tingkat pengangguran terbuka Februari hingga Agustus 2014 sebesar 5,70% naik 5,94%. 
Meski terjadi peningkatan pengangguran tahun ini, pemerintah sepertinya dapat berbangga hati karena dibanding Agustus tahun lalu, tingkat pengangguran berkurang 0,17% dari 7,41 juta orang menjadi 7,24 juta orang. Ini berarti sebanyak 6,17% orang yang menganggur turun menjadi 5,94%.
Berkurangnya pengangguran dibanding tahun lalu ini dikarenakan jumlah penyerapan tenaga kerja di beberapa sektor selama setahun terakhir naik. Beberapa sektor itu terjadi pada sektor konstruksi yang menyerap tenaga kerja sebanyak 930 ribu orang, kemudian sektor perdagangan sebesar 730 ribu orang dan sektor industri 300 ribu orang. 
Namun, menurut data BPS, sektor pertanian dan jasa tidak mengalami kenaikan dalam penyerapan tenaga kerja. Penduduk Indonesia berusia 15 tahun ke atas yang bekerja pada sektor pertanian mencapai 38,97 juta orang. Jumlah itu turun dibanding periode yang sama tahun lalu yang mencapai 39,22 juta orang. Kepala BPS Suryamin mengatakan ketenagakerjaan di sektor pertanian perlu diwaspadai. "Ini sudah lama kering. Cuaca sulit diprediksi. Lusa bisa diperkirakan hujan," ujar Suryamin di Jakarta, Rabu (5/11).
Menurut Enny Sri Hartati, Direktur Institute for Development Economy and Finance (INDEF) menjelaskan tidak adanya penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian dikarenakan sektor ini mengalami produktivitas yang menurun. Hal ini menyebabkan konversi lahan yang membuat orang-orang banyak migrasi dari pertanian ke sektor bangunan, perdagangan dan lainnya. Sedangkan di sektor jasa terkait konsumsi dan daya beli masyarakat, bila terjadi kenaikan daya beli masyarakat di sektor jasa maka penyerapan tenaga kerja juga akan naik. 
Enny menilai tingkat pengangguran yang berkurang 190.000 orang yang masih sangat kecil ini, dikarenakan peningkatan penyerapan tenaga kerja lebih banyak di sektor informal dibanding sektor formal. Ia bilang jumlah penduduk usia 15 tahun yang bekerja dengan status buruh/karyawan Agustus tahun 2014 sebesar 42,38 juta orang. Dibanding Agustus tahun lalu yang sebesar 41,12 juta orang, capaiannya meningkat 1,26 juta. 
Ia menegaskan untuk menurunkan tingkat pengangguran, pemerintahan Jokowi harus mampu menyerap tenaga kerja di sektor riil yaitu pertanian, industri dan pertambangan. Tuturnya ketiga sektor ini yang akan menghasilkan barang untuk dijual, dan di dalamnya juga ada kegiatan prosesing yang melibatkan tenaga kerja yang banyak dibutuhkan. "Kalau pemerintah fokus di sektor riil dan memberikan insentif juga stimulus, bukan hanya perekonomian yang baik tetapi penyerapan tenaga kerja juga akan memadai" ujar Enny. 

Sarjana Indonesia Terbanyak Kelima di Dunia

Merdeka.com - Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pengembangan (OECD) menyatakan Indonesia bakal menjadi negara dengan jumlah sarjana muda terbanyak kelima di masa depan. Situasi ini bakal terwujud paling lambat pada 2020 mendatang.
BBC melaporkan, Kamis (12/7), data itu merupakan proyeksi dari upaya Indonesia meningkatkan jumlah lulusan perguruan tinggi. Dua tahun lalu, Indonesia menyumbang empat persen sarjana berusia 25-34 dari 129 juta mahasiswa di seluruh negara anggota G-20.

Pada 2020, OECD memperkirakan jumlah itu bakal bertambah menjadi 6 persen.Sehingga, Indonesia sekaligus mengalahkan Inggris, Jerman, dan Spanyol, sebagai negara penyumbang sarjana muda terbanyak. Bahkan pada masa-masa itu kemungkinan besar jumlah sarjana terdidik negara ini tiga kali lebih banyak dibanding Prancis.
Selepas Perang Dunia II, kemajuan sebuah negara diukur dari berapa banyak lulusan perguruan tinggi setiap tahun. Jumlah mahasiswa S1-S3 yang terserap di pasar kerja menentukan perkembangan ekonomi bangsa itu pula.
Berdasarkan pengamatan OECD, Amerika Serikat yang selama ini berada di posisi teratas dengan menyumbang 17 persen sarjana muda ke pasar dunia, kini kalah jauh dibanding China, dan jatuh ke urutan tiga daftar berisi prediksi ini. Tren negatif itu diikuti universitas-universitas Eropa yang tidak lagi banyak menghasilkan sarjana.
Negeri Tirai Bambu sekarang hingga 12 tahun lagi digadang-gadang tetap nomor satu dalam urusan menyumbang jumlah sarjana ke pasar dunia. Perkembangan pengetahuan pun diramal bergeser ke Asia, sebab setelah China, berturut-turut menguntit India di urutan kedua, Rusia posisi keempat, lalu Indonesia.
Meski demikian penyerapan sarjana Indonesia ke dunia kerja masih terhitung lambat, di beberapa bidang populer seperti IT tidak sampai 10 persen per tahun. Namun OECD menganggap kuantitas lulusan perguruan tinggi tetap menguntungkan sebuah negara. Karena sarjana adalah tenaga terdidik yang bisa menciptakan lapangan kerja.



Muhaimin Iskandar: 600 Ribu Sarjana

di Indonesia Jadi Pengangguran

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Jumlah lulusan diploma maupun universitas di Indonesia yang menjadi pengangguran jelang akhir tahun 2013, ternyata masih terbilang tinggi.
Hal itu, diakui oleh Menteri Tenagakerja dan Transmigrasi (Menakertrans) Muhaimin Iskandar. Ia mengungkapkan, 610 ribu dari total 7,17 juta pengangguran terbuka di Indonesia, adalah "pengangguran intelektual" atau dari kalangan lulusan universitas.
"Dalam pendataan BPS, ada 610 ribu 'pengangguran intelektual' di Indonesia. Ini bisa dikategorikan darurat SDM (sumber daya manusia), karena mereka seharusnya bisa berkarya untuk negeri," kata Muhaimin Iskandar, seperti dalam rilis yang diterima Redaksi Tribun, Minggu (3/11/2013).
Rincinya, kata Muhaimin, 190 ribu dari 610 ribu pengangguran intelektual itu adalah lulusan pendidikan diploma I/II/III. Sementara lulusan strata I universitas yang menganggur mencapai 420 ribu orang.
Karenananya, Muhaimin menuturkan kondisi itu membuat Indonesia "darurat SDM" atau kekurangan tenaga kerja profesional yang memiliki keterampilan serta kompetensi kerja melebihi lulusan sekolah menengah atas.
"Kebijakan peningkatan SDM Indonesia  masih berkutat pada wajib belajar 6 tahun  hingga 9 tahun.Padahal hal ini tidak akan mampu meningkatkan kompetensi kerja SDM Indonesia dalam menyongsong AEC 2015," tuturnya.
(http://www.tribunnews.com/nasional/2013/11/03/muhaimin-iskandar-600-ribu-sarjana-di-indonesia-jadi-pengangguran)
IV.          Teori Pengangguran
Pengangguran atau tuna karya adalah orang yang tidak mempunyai pekerjaan atau orang yang masih atau sedang mencari pekerjaan. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian indonesia. Karena pengangguran ini, produktivitas dan pendapat dalam masyarakat berkurang dan menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah sosial lainnya. Pengangguran dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
a.    Pengangguran Friksional / Frictional Unemployment
Pengangguran friksional adalah jenis yang sifatnya sementara, biasanya disebabkan oleh kendala waktu, informasi dan kondisi geografis atau perbedaan tempat antara pelamar kerja dengan pembuka lamaran kerja.
b.    Pengangguran Musiman / Seasonal Unemployment
Pengangguran musiman adalah keadaan menganggur karena adanya fluktuasi kegiaan ekonomi jangka pendek yang menyebabkan seseorang harus nganggur.
c.    Pengangguran Siklikal
Pengangguran siklikal adalah pengangguran yang menganggur akibat naik turunnya siklus ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah daripada penawaran kerja.
Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.
V.           Dampak Pengangguran
Penganggguran merupakan masalah pokok dalam suatu masyarakat modern. Jika tingkat pengangguran tinggi, sumber daya menjadi terbuang percuma dan tingkat pendapatan masyarakat akan merosot. Situasi ini menimbulkan kelesuan ekonomi yang berpengaruh pada emosi masyarakat dan dalam kehidupan keluarga sehari-hari. Bekerja membuat seseorang mampu membeli harga diri mereka Adapun dampak pengangguran terhadap kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat adalah sebagai berikut.
Ekonomi adalah merupakan urat nadi dan indikator kemakmuran suatu negara atau suatu usaha bahkan diri pribadi. Negara yang kuat secara ekonomi bisa dipastikan pembangunan berjalan dengan lancar, rakyat makmur karena pengangguran yang rendah dan tentu saja tingkat kriminalitas yang juga rendah. Dilihat dari segi ekonomi suatu negara, pengagguran memiliki dampak sebagai berikut.
1.    Pengangguran menimbulkan turunnya daya beli masyarakat, sehingga akan mengakibatkan kelesuan dalam berusaha.
2.    Pengangguran akan menghambat investasi, karena menurunnya jumlah tabungan masyarakat.
3.    Pengangguran menyebabkan turunnya Produk Domestik Bruto (PDB), sehingga pendapatan nasional pun akan mengalami penurunan.
Seseorang yang mengalami masa menganggur apapun sebabnya tentunya secara psikologis akan bermasalah. Dari segi sosial, dampak pengangguran adalah sebagai berikut:

1.    Perasaan minder (rendah diri) bagi diri penganggur,
2.    Meningkatnya angka kriminalitas,
3.    Munculnya pengamen, pengemis, anak jalanan, dan
4.    Tingginya anak-anak yang putus sekolah
VI.          Penyelesaian

Bertitik tolak dari cara berpikir sistem yang intinya adalah salah satu pendekatan yang diperlukan agar manusia dapat memandang persoalan-persoalan dunia ini dengan lebih menyeluruh agar pengambilan keputusan dan pilihan aksi dapat dibuat lebih terarah kepada sumber-sumber persoalan yang akan mengubah sistem secara efektif maka cara menanggulang pengangguran menurut kami adalah sebagai berikut:

1.    Venn Diagram
Diagram Venn atau diagram set adalah diagram yang menunjukkan semua kemungkinan hubungan logika dan hipotesis di antara sekelompok (set/himpunan/grup) benda/objek. Sebagai bagian ilmu matematika, diagram Venn ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1880 oleh John Venn untuk menunjukkan hubungan sederhana dalam topik-topik di bidang logika, probabilitas, statistik, linguistik dan ilmu komputer.
Pada diagram venn ini apabila kita umpamakan terdapat tiga variabel yakni pemerintah, masyarakat dan pribadi, maka pemecahan masalah pengangguran di Indonesia tidak semudah membalikkan telapak tangan. Diperlukan pemikiran kesisteman agar pengangguran dapat ditangani dengan komprehensip tanpa menimbulkan dampak-dampak yang merugikan.
Alternatif dari masalah penanggulangan pengangguran secara lebih komprehensip adalah dengan berpikir secara kesisteman. Pada dasarnya pengangguran bukanlah disebabkan oleh sebab tunggal yakni dari diri pribadi penganggur itu sendiri. Ada sebab-sebab lain yang lebih luas diluar diri si penganggur seperti kondisi lingkungan, situasi ekonomi dan politik suatu negara dan yang lebih luas adalah situasi perekonomian global.
Dari segi pribadi, penyebab mengapa yang bersangkutan menjadi penganggur entah itu suatu pilihan ataupun keterpaksaan banyak faktor yang menyebabkan. Sebab utama seorang menjadi penganggur adalah pilih-pilih pekerjaan. Sebab ini menjadi sebab utama karena pada dasarnya manusia ingin bekerja di tempat yang nyaman, sesuai hobi dan kesenangan dengan gaji atau penghasilan yang tentu saja besar.
Sebab lain mengapa sesorang menjadi penganggur adalah yang bersangkutan tidak mempunyai ketrampilan yang sesuai dan dibutuhkan oleh dunia kerja. Ada kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Seseorang mempunyai harapan menjadi seorang manager marketing sebuah perusahaan multinasional sementara kenyataan yang bersangkutan hanya lulusan sekolah menengah yang tidak fasih berbahasa asing.
Dan yang tidak kalah pentingnya adalah kesalahan mentalitas yang terbentuk sejak awal bahwasanya setelah tamat sekolah atau kuliah adalah dunia kerja sehingga sekarang ada program link and match antara dunia pendidikan dan industri. Tamatan sekolah atau kuliah sudah dipersiapkan untuh menjadi karyawan perusahaan, tenaga kerja atau lebih sarkas dikatakan  buruh atau kuli. Sungguh suatu ironi.
Di sisi pemerintah, masalah pengangguran adalah suatu masalah yang cukup pelik untuk dipecahkan. Betapa tidak, tingkat pengangguran yang tinggi menyebabkan negara bisa mengalami kerawanan-kerawanan sosial yang bisa menyebabkan runtuhnya pemerintahan yang sah.
Pengangguran adalah identik dengan kerawanan sosial. Seorang penganggur yang tidak mempunyai pekerjaan dan tentu saja uang atau penghasilan akan sangat mudah dihasut untuk melakukan tindakan-tindakan asosial dan bahkan melawan hukum. Keadaan ini dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk menggulingkan pemerintah yang sah. Jika hal ini terjadi, negara akan menjadi tidak stabil dan bisa mengarah kepada kerusuhan sosial yang tentu saja merugikan semua orang.
Penyebab pengangguran dari sisi negara jika dilihat sebagai sebuah sistem adalah bahwasanya pengangguran bisa dipandang sebagai pandangan holistik atau menyeluruh. Pada pandangan ini penyebab pengangguran adalah merupakan akumulasi dari suatu sebab-sebab lain baik yang berasal dari individu, pemerintah maupun situasi global. Apabila  pengangguran  dibiarkan  tentunya  akan  berdampak  negatif  terhadap kegiatan ekonomi masyarakat. Bila tingkat pengangguran tinggi akan menyebabkan tingkat kemakmuran rendah, bahkan dapat membahayakan stabilitas negara. Beberapa akibat pengangguran di antaranya:
-          Membebani APBN/D
-          Tingkat pertumbuhan ekonomi rendah
-          Turunnya produk domestik bruto (PDB), sehingga pendapatan nasional pun akan mengalami penurunan.
-          Menghambat  investasi,  karena  jumlah  tabungan masyarakat ikut menurun.
-          menurunnya  daya  beli  masyarakat, sehingga akan mengakibatkan kelesuan dalam berusaha.
-          masyarakat tidak dapat memaksimalkan tingkat kemakmuran  yang  dicapainy
-          Pajak berkurang

Pengangguran Dari Sisi Masyarakat
-          Keresahan Sosial
-          Ketidak stabilan sosial dan politik
-          Biaya sosial meningkat
-          Gangguan keamanan
Pengangguran dari Sisi Pribadi
-          Membuat minder
-          Perasaan rendah diri
-          Menghilangkan mata pencaharian
-          Menghilangkan ketrampilan

Dari ketiga variabel yakni pemerintah, masyarakat dan pribadi apabila dibuat dalam bentuk diagram venn adalah sebagai berikut:
Konklusi Dengan Pendekatan Diagram Venn

Diagram venn menggambarkan bahwasanya semua kemungkinan hubungan logika dan hipotesis di antara sekelompok (set/himpunan/grup) benda/objek. Artinya perpaduan dari ketiganya baik itu dari segi pemerintah, masyarakat ataupun pribadi dalam bingkai global sebagai masyarakat dunia adalah merupakan jawabannya.
Pemerintah harus berusaha secara lebih smart dalam mengelola negara agar pertumbuhan ekonomi baik dalam bingkai politik yang stabil dan secara aktif berusaha mengubah watak atau sifat masyarakat yang karyawan minded menjadi entrepreneur minded dengan melalui program-program baik itu pendidikan kewirausahaan di sekolah dan perguruan tinggi serta secara aktif membantu usaha-usaha kecil agar dapat tumbuh dan berkembang menjadi usaha yang secara fundamental kuat. Sebalinya pribadi-pribadi yang merupakan bagian dari masyarakat harus aktif menuntut ilmu, mengembangkan diri sendiri baik dengan cara formal maupun non formal.
2.    Out of The Box.
Berfikir di luar kotak (Thinking outside the box), yaitu suatu cara berfikir diluar kebiasaan umumnya, atau berbeda dalam memecahkan suatu permasalahan atau dalam menghadapi kondisi-kondisi baru.
Menurut beberapa ahli, ada beberapa hal yang harus kita miliki untuk dapat berpikir Thinking out side the box diantaranya :
1.    Keinginan untuk mengambil ide-ide dan ekspektasi baru dari hari ke hari, berdasarkan  berkembangan informasi dan kondisi kekinian.
2.    Berfokus pada nilai dalam menemukan ide-ide baru dan bertindak sesuai dengan ide-ide tersebut.
3.    Terbuka pada sesuatu yang berbeda dan melakukan sesuatu dengan cara berbeda.
4.    Berusaha menciptakan nilai dengan cara-cara baru.
5.    Menerima segala bentuk informasi yang berkembang untuk kemudian difilterisasi.
Pada pemecahan masalah pengangguran di Indonesia model ini terkadang diperlukan walau mungkin saja terlihat ekstrim karena berada di luar pakem dan mungkin pun terlihat aneh. Pada pemecahan masalah pengangguran model ini solusi yang ditawarkan adalah perang dengan negara tetangga atau bahkan perang dunia sehingga banyak orang pada mati sehingga akan timbul tunas-tunas baru dengan pola pikir yang berbeda. Pada model ini sudah terbukti bahwasanya jepang dan Jerman serta semua yang terlibat Perang Dunia II menjadi negara yang sangat maju.
Memang perang akan menimbulkan kerugian yang sangat besar dan kesedihan yang mendalam bagi yang mengalaminya, tetapi sepertinya inilah alternatif terakhir dari seleksi alam yang dibuat oleh manusia sendiri. Hanya manusia-manusia unggullah yang tersisa dalam perang. Manusia-manusia unggul yang akan membangun kembali kehancuran akibat perang sedangkan yang lemah semuanya akan musnah.
VII.         Kesimpulan dan Saran
a.    Kesimpulan
1.    Pada dasarnya masalah pengangguran bukan hanya masalah yang dihadapi diri pribadi penganggur itu sendiri tetapi itu adalah merupakan masalah bersama yang harus dihadapi bersama pula.
2.    Pengangguran terjadi bisa karena kesalahan orang pribadi ataupun kesalahan pengelolaan negara bisa juga karena sebab-sebab lain seperti resesi dunia, bencana alam dan lain-lain.
3.    Kesimpulan dari makalah ini tidak terlalu komprehensif dan terlalu akademis karena masalah pengangguran sebenarnya sangat luas dan sangat komplek bila ditinjau dari berbagai aspek.

b.    Saran
1.    Diri penganggur
Sebenarnya Allah menciptakan dunia ini sangat luas dengan berbagai macam ragam kekayaan alam yang bisa di olah. Untuk itu kita semua harus menyiapkan diri secara kreatif masa depan kita karena pengangguran dapat menimpa siapa saja baik karena sebab-sebab alami maupun buatan.
Kewajiban belajar mulai dari buian hingga liang kubur adalah perintah Allah Swt yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Belajar bukan hanya berasal dari lembaga pendidikan formal dan non formal, juga belajar langsung dari masyarakat dan alam sekitar.
Apabila kita mempunyai kemampuan untuk belajar di lembaga formal apalagi di daerah lain itu lebih baik karena lembaga formal mengajarkan ilmu secara terstruktur dan apabila berada di daerah lain kita akan mempunyai relasi yang banyak dan beragam. Bukankan Islam mengajarkan kita untuk ber hijrah.
2.    Masyarakat
Masyarakat pada dasarnya adalah merupakan kumpulan individu-individu yang tinggal di suatu daerah atau kawasan yang sama. Tinggal dalam suatu lingkungan komunal tentunya mempunyai banyak keuntungan daripada tinggal sendiri di hutan karena sebenarnya manusia adalah makhluk sosial yang suka bergaul dan bersosialisasi dengan sesamanya.
Apabila lingkungan banyak penganggur maka otomatis akan terjadi ketidak seimbangan sistem sosial, akibatnya masyarakat akan menjadi resah. Keresahan ini sudah seharusnya di manage agar dampaksosial tidak menjadi makin meluas. Untuk itu masyarakat juga dituntut untuk kreatif memanfaatkan sumber daya alam, sumber daya manusia dipadukan dengan sumber daya modal yang ada untuk menciptakan peluang-peluang kreatif mengatasi masalah pengangguran.
Salahsatu masyarakat yang mempunyai peran dalam hal ini adalah dunia pendidikan. Dunia pendidikan baik yang formal maupun non formal harus berjibaku bahu membahu menyadarkan masyarakat akan pentingnya jiwa kewirausahaan (entrepreneur). Pendidikan harus menyisipkan mata pelajaran atau kuliah kewirausahaan yang diajarkan oleh praktisi-praktisi kewirausahaan agar masyarakat terbuka matanya bahwasanya ada dunia lain selainbekerja menjadi pegawai negeri maupun menjadi pegawai di tempat usaha orang lain. Boleh bekerja di usaha tempat orang lain dalam rangka magang mencari pengalaman sebelum terjun membuka sendiri usaha.

3.    Negara
Secara akademis negara adalah suatu wilayah di permukaan bumi yang kekuasaannya baik politik, militer, ekonomi, sosial maupun budayanya diatur oleh pemerintahan yang berada di wilayah tersebut. Negara juga merupakan suatu wilayah yang memiliki suatu sistem atau aturan yang berlaku bagi semua individu di wilayah tersebut, dan berdiri secara independent. Ini artinya sebenarnya negara sangat berperan dalam menciptakan atau mengurangi pengangguran.
Apabila negara dikelola dengan baik tentu saja akan makmur dan kuat negara tersebut. Sebaliknya apabila terjadi kesalahan kebijakan akan menyebabkan bertambahnya jumlah pengangguran yang bisa berdampak ketidak stabilan politik.
Untuk itu negara perlu mengeluarkan aturan-aturan yang bisa melindungi rakyatnya dengan kebijakan-kebijakan untuk mempermudah dunia usaha dan permodalan tanpa mengabaikan keamanan dan ketentraman.
Apabila keadaan semakin tidak terkendali karena pengangguran yang sangat banyak, kriminalitas yang sangat banyak memang tidak ada salahnya diperimbangkan pemikiran out of the box berupa seleksi alam dengan jalan rekayasa politis agar orang-orang yang tidak kompeten, perusuh, perusak dan lemah menjadi hilang digantikan hanya oleh orang-orang yang cerdas dan mampu survive mengelola dunia dengan baik.
Kiranya jalan terakhir out of the box ini tidak akan pernah digunakan di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

1.    Arsyad, Lincoln. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: UPPSTIM YKPN, 2010.
2.    Rahardja, Pratama dan Mandala Manurung. Pengantar Ilmu Ekonomi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2008.
3.    http://id.wikipedia.org/wiki/Negara (di akses, 21 Maret 2015).
4.http://nasional.kontan.co.id/news/724-juta-orang-indonesia-adalah-pengangguran) (di akses, 7 Maret 2015).
5.    (http://www.merdeka.com/dunia/sarjana-indonesia-terbanyak-kelima-di-dunia.html) (di akses, 7 Maret 2015).
6.    (http://www.tribunnews.com/nasional/2013/11/03/muhaimin-iskandar-600-ribu-sarjana-di-indonesia-jadi-pengangguran) (di akses, 7 Maret 2015).








  






















Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis Jalur (Path Analysis)

Analisis Jalur (Path Analysis) A.      Pengertian Analisis Jalur (path analysis) adalah suatu metode penelitian yang pertama kali dikembangkan oleh seorang ahli genetika yaitu Sewall Wright (Joreskog & Sorbom, 1996; Johnson & Wichern, 1992 dalam Riduwan dan Engkos Achmad Kuncoro, 2013:1). Analisis jalur adalah suatu bentuk terapan dari analisis multi regresi (Fraenkel dan Wallen, 1992 dalam Nidjo Sandjojo, 2011:11-12) menyatakan bahwa analisis jalur digunakan untuk menguji kemungkinan dari suatu hubungan sebab akibat   diantara tiga variabel atau lebih. Dengan demikian, analisis jalur pada dasarnya adalah sarana untuk menganalisis hubungan kausal antar variabel guna mengetahui baik pengaruh langsung maupun pengaruh tidak langsung diantara variabel bebas (independent variable) terhadap variabel terikat (dependent variable) . Dalam penelitian ilmu sosial, ekonomi, bisnis, pendidikan dan lainnya, pengaruh terhadap suatu variabel tidak selamanya didominasi oleh satu va

Etika Profesi Sistem Informasi

ARTIKEL ETIKA PROFESI SISTEM INFORMASI 1201095 WIRA LUCIANA 1201174 IVO YAYAN MARIAYAN 1201224 HERLINA             PROGRAM STUDI SISTIM INFORMASI SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER(STMIK) NURDIN HAMZAH    TAHUN 2015 ETIKA DALAM SISTEM INFORMASI P erkembangan   teknologi komputer sebagai sarana informasi memberikan banya keuntungan. Salah satu manfaatnya adalah bahwa informasi dapat dengan segera diperoleh dan pengambilan keputusan dapat dengan cepat dilakukan secara lebih akurat, tepat dan berkualitas. Namun, di sisi lain, perkembangan teknologi informasi, khususnya komputer menimbulkan masalah baru. Bahwa banyak sekarang penggunaan komputer sudah di luar etika penggunaannya, misalnya: dengan pemanfaatan teknologi komputer, dengan mudah seseorang dapat mengakses data dan informasi dengan cara yang tidak sah. Adapula yang memanfaatkan teknologi komputer ini untuk

PERSPEKTIF ILMU, SENI, DAN AGAMA DALAM KHAZANAH ILMU PENGETAHUAN, BUDAYA, DAN PERADABAN

PERSPEKTIF ILMU, SENI, DAN AGAMA DALAM KHAZANAH ILMU PENGETAHUAN, BUDAYA, DAN PERADABAN A.    PENDAHULUAN Saat ini kemajuan ilmu dan pengetahuan sedemikian pesatnya. Banyak fenomena aneh di masa lalu kini adalah merupakan kejadian biasa dan bisa dijelaskan secara nalar ilmiah. Sebagai contoh misalnya telefon yang bisa menghubungkan antarasatu orang dengan orang lain di benua yang berbeda, radio, televisi, internet yang bisa membawa kabar berita pada waktu yang bersamaan sampai pesawat terbang yang bisa menerbangkan manusia hingga ke luar angkasa dan lain sebagainya. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tentu saja membawa dampak baik yang positif maupun negatif. Kemajuan itu juga tentunya seakan memberi definisi lain hubungan antara ilmu pengetahuan dengan agama, budaya dan peradaban. Agama sebagai wahyu yang berasal dari Tuhan pada hakekatnya adalah sumber dari kebenaran dan ilmu pengetahuan tidak mungkin salah. Budaya dan peradaban yang merupakan hasil akal budi manusi