Nerimo ing Pandhum
Ditawan Jin
Manusia adalah makhluk mulia, karena mulianya maka Allah SWT menjadikan
khalifah di bumi ini dari golongan manusia. Selain manusia sebenarnya ada
makhluk lain yang sama-sama tinggal di bumi selain hewan, yakni jin. Dalam AL-Qur’an telah disebutkan bahwa: “Aku menciptakan
jin dan manusia, tiada lain hanyalah untuk beribadah kepada-Ku.”
(Adz-Dzariyat: 56). Ini adalah dasar dari pengetahuan kita mengenai Jin yang
hanya bersumber dari kitab suci Al-Qur’an.
Keberadaan
jin adalah nyata walaupun bagi sebagian orang tidaklah nyata. Karena itulah jin
sering menjadi fitnah di dunia karena keberadaannya antara ada dan tiada.
Secara umum manusia normal tidak bisa melihat jin, tetapi jin dapat melihat
manusia. Pengetahuan manusia tentang hal yang ghaib seperti jin sesungguhnya
sangat sedikit. Tidak ada manusia yang mampu melihat jin dalam bentuk aslinya
kecuali nabi dan rasul.
Atas
dasar tersebut maka penempakan jin adalah sesuai dengan mitos-mitos yang
berkembang di satu daerah. Jika di Indonesia khususnya Jawa ada Pocong, Genderuwo,
Kuntil Anak maka di Cina ada Vampir, di Eropa ada Drakula di Amerika Selatan
ada Voodoo dan setiap daerah atau negara mempunyai sebutan sendiri-sendiri
dengan bentuk sesuai dengan imajinasi masyarakat setempat.
Ada
sebuah kisah yang sangat memilukan dari seorang sahabat. Akibat bermain
Jaelangkung ruh ditawan jin hingga bertahun-tahun.
Jaelangkung
sendiri adalah permainan masyarakat Jawa dengan menggunakan piranti boneka kayu
berkepala batok yang dimasuki Jin dengan cara dipanggil menggunakan
mantera-mantera tertentu. Boneka yang sudah dimasuki Jin tersebut mampu
bergerak bahkan diajak komunikasi.
Dalam
interaksi tersebut baik pemanggil (dukun) maupun penonton akan menanyakan
sesuatu informasi yang sebenarnya tidak terlalu penting. Permainan tersebut
biasanya dilakukan secara iseng oleh orang-orang yang lemah dalam pemahaman
keagamaan sehingga terkadang mempercayai informasi yang diberikan oleh Jin
melalui boneka kayu tersebut. Disinilah sumber fitnah itu berasal.
Sebelum
merasuki boneka, biasanya Jin yang hadir akan meminta sarat-sarat tertentu.
Sarat itu jelas suatu kemusrikan karena yang diminta biasanya adalah
syarat-syarat yang membuat orang musrik karena menyekutukan Allah yang dosanya
sangat besar. Demikian pula ketika hendak mengakhiri permainan si Jin pasti
juga akan meminta sarat yang harus dipenuhi agar dia mau meninggalkan boneka.
Jin
adalah makhluk yang licik sehingga dalam meminta mereka menggunakan sandi-sandi
dan ungkapan yang harus ditebak oleh pemanggil juga penonton. Disinilah
kejadian itu bermula. Ini adalah pintu awal dari Jin memasuki tubuh orang yang
lemah untuk dimasuki.
Akibatnya
selama-bertahun-tahun ada seorang tersandera oleh kehadiran Jin yang menguasai
tubuhnya. Menjadi orang baru yang tidak ingat apa-apa, dan bertindak layaknya
orang gila. Itulah tubuh yang dikuasai Jin jahat sehingga pemilik tubuh yang
sah tidak kuasa untuk mengendalikan tubuhnya sendiri.
Berbagai
macam terapi kepada “orang pintar” sudah dilakukan. Tidak ada hasil bahkan
semakin memperparah keadaan. Hari terus berganti hingga akhirnya bertahun-tahun
sampai keluarganya putus asa dan menganggap ini adalah suatu musibah yang harus
diterima walaupun segala upaya terus dijalankan.
Alhamdulillah,
saat bertemu ruqyah syar’iyyah, kawan tersebut baru sadar. Ketika sadar,
ruh atau jiwanya yang telah kembali menguasai tubuhnya maka yang ditanya adalah
perubahan dia saat ini berada dimana? Dan mengapa semua sudah tua? Itulah
akibat dari bermain-main dengan kesyirikan sehingga jiwanya tertawan hingga bertahun-tahun.
Janganlah
Anda bermain-main dngan Jin karena “Jin adalah makhluk halus seperti angin yang
dapat berubah dengan bentuk yang berbeda-beda dan (mampu) memunculkan
perbuatan-perbuatan aneh.” (Alawi As-Saqaf, Al-Kaukah Al-Ajuuj bi Ahkaam
Al-Malaikah wa Al-Jin wa As-Syayaathin wa Ya’juj wa Ma’juj). Jin sendiri
dalam Al-Qur’an disebutkan sebagai: “Sesungguhnya ia (iblis) dan kelompoknya
(yaitu bangsa jin) bisa melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa
melihat mereka. Sesungguhnya kami jadikan setan-setan itu sebagai pemimpin
(teman) bagi orang-orang yang tidak beriman.” (Al-A’raf: 27).
Keterangan:
Ini adalah salah-satu bab dari buku yang berjudul Nerimo ing Pandhum, sebuah filosofi Jawa yang harus berperilaku menerima apa adanya semua pemberian Allah dengan tetap harus berusaha secara maksimal untuk mencapai apa yang diinginkan. Berisi kisah-kisah dan nasehat kotemporer dunia modern dan nasehat yang sangat bermanfaat.
Buku Nerimo ing Pandhum saat ini sudah ditawarkan ke sebuah penerbit mayor, menunggu jawaban.
Kalau sudah terbit bisa diberitahukan
BalasHapus