Langsung ke konten utama

Sepenggal Kisah di SMA 4 Semarang

Sepenggal Kisah di Kelas I-8
SMA Negeri 4 Semarang
Oleh: Wahyu Dewanto


Di sudut ruangan Yos Eko Laksono menguap entah sudah yang kesekian kalinya. Rasa kantuk seakan tidak tertahankan. Sejenak pandangan matanya tiba-tiba kabur dan menghilang, reflek kepala terkulai ke belakang. Terkejut Yos dengan apa yang terjadi barusan. Belum hilang terkejutnya sebuah hardikan otomatis menghilangkan rasa kantuk yang menderanya.

“Itu yang di belakang. Kamu! Kalau belajar jangan tidur! Makanya jangan nonton televisi hingga larut malam. Baru jam segini sudah mengantuk!” hardik guru sejarah cantik, Ibu Lisning Hati yang baru saja lulus dari IKIP Semarang. Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan adalah perguruan tinggi yang mendidik guru dan sekarang berubah menjadi Universitas Negeri Semarang.

Yos Eko yang tidak siap mendapat hardikan hanya menjawab. “Iya bu….maaf… saya memang tadi malam tidur terlalu malam karena harus menggantikan ayah ronda malam.” jawab Yos sekenanya, padahal dirinya tadi malam menonton acara TVRI yang menyiarkan film hingga larut malam. Pada masa itu sebenarnya TVRI membatasi penonton untuk umur 17 tahun keatas, sementara dirinya belum genap berusia 17 tahun.
“Siapa namamu?” tanya Bu Lisning yang memang belum hafal semua nama murid karena baru kali pertama mengajar di kelas I-8.
“Aku Yos Eko Laksono, Bu.” jawab Yos Eko Laksono.

“Saya tidak yakin kamu ikut ronda keliling kampung menggantikan ayah kamu. Kamu pasti menonton acara TVRI kan?” selidik Bu Lisning. (Untung jaman itu belum ada smartphone sehingga guru tidak mudah menghubungi orang tua murid dengan grup WhatsApp).

“Biar hilang kantuknya coba kamu jawab ya Yos! Tadi saya sudah menjelaskan dengan panjang lebar tentang Wangsa Syailendra yang memerintah sekitar tahun 929 hingga 947. Coba kamu sebutkan gelar Mpu Sindok raja pertama,” tanya Bu Lisning sambil menunjuk kepada Yos Eko Laksono dengan penggaris di tangan.

Dihardik demikian Yos merasa malu, harga dirinya merasa jatuh entah kemana! Hari ini adalah minggu pertama dirinya masuk sekolah dan belum semua kawan dikenalnya dengan baik, pun belum semua hafal namanya. Dia pun sepertinya memikirkan pembalasan setimpal terhadap guru cantik, sekalian strategi agar dirinya bukan hanya dikenal guru tetapi oleh kawan yang lain!

“Siapa raja pertama dan apa gelarnya?” tanya Bu Lisning guru sejarah cantik sambil menunjuk kepada Yos Eko dengan penggaris di tangan.

“Mudah Bu! Yang pasti bukan ayahku.” jawab Yos sekenanya sambil tersenyum penuh kemenangan karena berhasil “mempermalukan” guru cantik yang hadir dihadapannya.

Walaupun mengantuk sebenarnya Yos tahu bahwa tadi Bu Lis menerangkan. Masih tertulis jelas di papan tulis tahun 929 hingga 927 yang merupakan tahun berkuasanya Wangsa Syailendra dan tulisan Sri Maharaja Rakai Hino Isyana Wikramadharmottunggadewa yang juga merupakan gelar Mpu Sendok raja pertama dari Wangsa Syailendra.

Sontak satu kelas gemuruh tertawa. Tertawa menertawakan Yos yang menjawab sekenanya dengan ekspresi yang tetap serius seperti burung hantu yang sedang mengintai tikus di sawah.

Bu Lisning memukulkan penggaris ke papan tulis. Tetapi gemuruh tawa tiada hentinya.

Bu Lisning terduduk di kursi guru, mukanya merah menahan marah dan malu. Tanpa kuasa air mata bening keluar dari kelopak matanya.

Sontak semua terdiam! Kelas menjadi hening, sehening kuburan Bergota diwaktu malam.

Bagi Bu Lisning, guru baru yang baru tahun itu juga ditempatkan di SMA Negeri 4, sekolah tempat dia mengajar dirinya tidak menyangka akan mendapat jawaban seperti itu. Dalam teori pedagogi yang pernah diajarkan sebenarnya dirinya sudah tahu itu akan terjadi. Tetapi ternyata dirinya tidak siap.

Masih tanpa rasa bersalah dengan mimik tetap serius Yos maju ke depan. “Bu, saya ke belakang dulu ya, mau ke WC!”

Bu Lisning diam tak menjawab.

Walaupun tanpa jawaban Yos tetap ke belakang, bukannya ke WC untuk buang air kecil seperti ijinnya. Dia masuk ke warung gembus duduk menikmati gembus goreng hangat yang diiris tipis-tipis seperti mendoan.

(Maaf ini cerita fiktif belaka. Kalau ada nama dan pelaku yang sama itu hanya kebetulan)



Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERSPEKTIF ILMU, SENI, DAN AGAMA DALAM KHAZANAH ILMU PENGETAHUAN, BUDAYA, DAN PERADABAN

PERSPEKTIF ILMU, SENI, DAN AGAMA DALAM KHAZANAH ILMU PENGETAHUAN, BUDAYA, DAN PERADABAN A.    PENDAHULUAN Saat ini kemajuan ilmu dan pengetahuan sedemikian pesatnya. Banyak fenomena aneh di masa lalu kini adalah merupakan kejadian biasa dan bisa dijelaskan secara nalar ilmiah. Sebagai contoh misalnya telefon yang bisa menghubungkan antarasatu orang dengan orang lain di benua yang berbeda, radio, televisi, internet yang bisa membawa kabar berita pada waktu yang bersamaan sampai pesawat terbang yang bisa menerbangkan manusia hingga ke luar angkasa dan lain sebagainya. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tentu saja membawa dampak baik yang positif maupun negatif. Kemajuan itu juga tentunya seakan memberi definisi lain hubungan antara ilmu pengetahuan dengan agama, budaya dan peradaban. Agama sebagai wahyu yang berasal dari Tuhan pada hakekatnya adalah sumber dari kebenaran dan ilmu pengetahuan tidak mungkin salah. Budaya dan peradaban yang merupakan hasil akal bu...

Etika Profesi Sistem Informasi

ARTIKEL ETIKA PROFESI SISTEM INFORMASI 1201095 WIRA LUCIANA 1201174 IVO YAYAN MARIAYAN 1201224 HERLINA             PROGRAM STUDI SISTIM INFORMASI SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER(STMIK) NURDIN HAMZAH    TAHUN 2015 ETIKA DALAM SISTEM INFORMASI P erkembangan   teknologi komputer sebagai sarana informasi memberikan banya keuntungan. Salah satu manfaatnya adalah bahwa informasi dapat dengan segera diperoleh dan pengambilan keputusan dapat dengan cepat dilakukan secara lebih akurat, tepat dan berkualitas. Namun, di sisi lain, perkembangan teknologi informasi, khususnya komputer menimbulkan masalah baru. Bahwa banyak sekarang penggunaan komputer sudah di luar etika penggunaannya, misalnya: dengan pemanfaatan teknologi komputer, dengan mudah seseorang dapat mengakses data dan informasi dengan cara yang ti...

Kebebasan dan Tanggung Jawab

KEBEBASAN DAN TANGGUNG JAWAB 1. LASTRI MEI LESTARI     2. MAILISA YULIANDA                   3. WANDA NUR SALEHA     A.             KEBEBASAN Kebebasan adalah tidak dalam keadaan diam, tetapi dapat melakukan apa saja yang dinginkan selama masih dalam norma-norma atau peraturan-peraturan yang telah ada dalam kehidupan pribadi, keluarga , masyarakat, dan Negara. Dalam arti luas kebebasan dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang menyangkut semua urusan mulai dari sekecil-kecilnya sampai sebesar-besarnya sesuai keinginan, baik individu maupun kelompok namun tidak bertentangan dengan norma-norma, aturan-aturan, dan perundang-undanganyang berlaku. Ada dua kelompok ahli teologi yang mengungkapkan tentang masalah kebebasan atau kemerdekaan menyalurkan kehendak.   Pertama   kelompok yang berpend...