Filsafat Ilmu
Secara historis
antara filsafat dan ilmu pada awalnya adalah merupakan sebuah kesatuan, bahkan
filsafat itu sendiri bisa dikatakan sebagai induknya dari ilmu. Sebagai induk
ilmu filsafat merupakan refleksi (perenungan ilmiah) yang rasional, kritis dan
radikal atas hal-hal pokok yang mendasar
dalam bidang ilmu. Dalam perkembangannya antara filsafat dan ilmu
mengalami proses divergensi (perbedaan) makna dimana dominasi ilmu lebih kuat
mempengaruhi pikiran manusia dibandingkan dengan filsafat. Walaupun jalannya
berbeda tetapi pada hakikatnya kedua
ilmu tersebut telah berjalan menuju arah yang tepat sesuai batas wilayahnya
masing-masing dan menjadikan keduanya merupakan khazanah pengetahuan umat
manusia.
Hubungan antara ilmu dan filsafat walaupun
ada terdapat persamaan sekaligus terdapat perbedaan bahkan di kalangan ilmuwan
sendiri terdapat perbedaan pandangan dalam hal sifat dan keterbatasan ilmu, demikian
juga dikalangan filsuf terdapat perbedaan pandangan dalam memberikan makna dan
tugas filsafat. Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena
kehidupan, dan pemikiran manusia secara kritis, dan dijabarkan dalam konsep
mendasar sedangkan ilmu adalah adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki,
menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan
dalam alam manusia.
Adapun persamaan atau bisa dikatakan lebih
tepatnya persesuaian antara ilmu dan filsafat adalah bahwa keduanya menggunakan
berfikir reflektif dalam upaya menghadapi/memahami fakta-fakta dunia dan
kehidupan, terhadap hal-hal tersebut baik filsafat maupun ilmu bersikap kritis,
berfikiran terbuka serta sangat dekat pada kebenaran, disamping perhatiannya
pada pengetahuan yang terorganisir dan sistematis.
Ilmu mengkaji hal-hal yang bersifat empiris
dan dapat dibuktikan, filsafat mencoba mencari jawaban terhadap
masalah-masalah yang tidak bisa dijawab oleh Ilmu dan jawabannya bersifat
spekulatif. Disamping itu ilmu mengkaji
bidang yang terbatas karena lebih bersifat analitis dan deskriptif dalam
pendekatannya, ilmu menggunakan observasi, eksperimen dan klasifikasi data
pengalaman indra serta berupaya untuk menemukan hukum-hukum atas gejala-gejala
tersebut, sedangkan filsafat berupaya mengkaji pengalaman secara menyeluruh
sehingga lebih bersifat inklusif dan mencakup hal-hal umum dalam berbagai
bidang pengalaman manusia, filsafat lebih bersifat sintetis dan sinoptis dan
kalaupun analitis maka analisanya memasuki dimensi kehidupan secara menyeluruh
dan utuh, filsafat lebih tertarik pada
pertanyaan kenapa dan bagaimana dalam mempertanyakan masalah hubungan antara
fakta khusus dengan skema masalah yang lebih luas, filsafat juga mengkaji hubungan antara temuan-temuan ilmu dengan klaim agama, moral serta seni.
Dari penjelasan di atas tampak bahwa
filsafat mempunyai batasan yang lebih luas dan menyeluruh ketimbang ilmu, ini
berarti bahwa apa yang sudah tidak bisa dijawab oleh ilmu, maka filsafat
berupaya mencari jawabannya, bahkan ilmu itu sendiri bisa dipertanyakan atau
dijadikan objek kajian filsafat, dan inilah yang disebut dengan filsafat Ilmu,
namun demikian filsafat dan ilmu mempunyai kesamaan dalam menghadapi objek
kajiannya yakni berfikir reflektif dan sistematis, meski dengan titik tekan
pendekatan yang berbeda. Meskipun filsafat ilmu
mempunyai substansi yang khas, namun dia merupakan bidang pengetahuan campuran
yang perkembangannya tergantung pada hubungan timbal balik dan saling memengaruhi
dan oleh karenanya pemahaman bidang
filsafat dan pemahaman ilmu menjadi sangat penting, terutama hubungannya yang
bersifat timbal balik, meski dalam perkembangannya filsafat ilmu itu telah
menjadi disiplin yang tersendiri dan otonom dilihat dari objek kajiannya.
Pengertian Filsafat
Ilmu
Filsafat ilmu diperkenalkan sekitar abad XIX
oleh sekelompok ahli ilmu pengetahuan dari universitas wina. Para ahli ilmu
pengetahuan yang dipelopori oleh Moris Schlick membentuk suatu perkumpulan yang
disebut Wina Circle untuk menyatukan semua disiplin ilmu
(kimia,fisika,matematika) pada suatu bahasa ilmiah dan cara bekerja ilmiah yang
pasti dan logis. Bidang keilmuan membutuhkan proses kerja ilmiah yang relevan
dengan pokok perhatian yang lebih spesifik. Karena itu saat ini filsafat ilmu
sudah semakin berkembang dan menjadi filsafat modern yang dibutuhkan dalam
setiap ilmu.
Untuk
memahami arti dan makna filsafat ilmu, di bawah ini dikemukakan
pengertian filsafat ilmu dari beberapa ahli sebagai berikut:
1. Robert Ackerman “philosophy of science in one aspect as a
critique of current scientific opinions by comparison to proven past views, but
such aphilosophy of science is clearly not a discipline autonomous of actual
scientific paractice”. (Filsafat ilmu dalam suatu segi adalah suatu
tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini dengan perbandingan
terhadap kriteria-kriteria yang dikembangkan dari pendapat-pendapat demikian
itu, tetapi filsafat ilmu jelas bukan suatu kemandirian cabang ilmu dari
praktek ilmiah secara aktual.
2. Lewis White Beck “Philosophy of science questions and
evaluates the methods of scientific thinking and tries to determine the value
and significance of scientific enterprise as a whole. (Filsafat ilmu
membahas dan mengevaluasi metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba
menemukan dan pentingnya upaya ilmiah sebagai suatu keseluruhan)
3. A. Cornelius Benjamin “That philosopic disipline which is
the systematic study of the nature of science, especially of its methods, its
concepts and presuppositions, and its place in the general scheme of
intellectual discipines. (Cabang pengetahuan filsafati yang merupakan
telaah sistematis mengenai ilmu, khususnya metode-metodenya, konsep-konsepnya
dan praanggapan-praanggapan, serta letaknya dalam kerangka umum cabang-cabang
pengetahuan intelektual.)
4. Michael V. Berry “The study
of the inner logic if scientific theories, and the relations between experiment
and theory, i.e. of scientific methods”. (Penelaahan tentang logika interen
dari teori-teori ilmiah dan hubungan-hubungan antara percobaan dan teori, yakni
tentang metode ilmiah.)
5. May Brodbeck “Philosophy
of science is the ethically and philosophically neutral analysis, description,
and clarifications of science.” (Analisis yang netral secara etis dan
filsafati, pelukisan dan penjelasan mengenai landasan – landasan ilmu.
6. Peter Caws “Philosophy
of science is a part of philosophy, which attempts to do for science what
philosophy in general does for the whole of human experience. Philosophy does
two sorts of thing: on the other hand, it constructs theories about man and the
universe, and offers them as grounds for belief and action; on the other, it
examines critically everything that may be offered as a ground for belief or
action, including its own theories, with a view to the elimination of
inconsistency and error. Filsafat ilmu merupakan
suatu bagian filsafat, yang mencoba berbuat bagi ilmu apa yang filsafat
seumumnya melakukan pada seluruh pengalaman manusia. Filsafat melakukan dua
macam hal : di satu pihak, ini membangun teori-teori tentang manusia dan alam
semesta, dan menyajikannya sebagai landasan-landasan bagi keyakinan dan
tindakan; di lain pihak, filsafat memeriksa secara kritis segala hal yang dapat
disajikan sebagai suatu landasan bagi keyakinan atau tindakan, termasuk
teori-teorinya sendiri, dengan harapan pada penghapusan ketakajegan dan
kesalahan.
7.
Stephen R. Toulmin “As a
discipline, the philosophy of science attempts, first, to elucidate the
elements involved in the process of scientific inquiry observational
procedures, patens of argument, methods of representation and calculation,
metaphysical presuppositions, and so on and then to veluate the grounds of
their validity from the points of view of formal logic, practical methodology
and metaphysics”. (Sebagai suatu cabang ilmu, filsafat ilmu mencoba pertama-tama
menjelaskan unsur-unsur yang terlibat dalam proses penyelidikan ilmiah
prosedur-prosedur pengamatan, pola-pola perbinacangan, metode-metode
penggantian dan perhitungan, pra-anggapan-pra-anggapan metafisis, dan
seterusnya dan selanjutnya menilai landasan-landasan bagi kesalahannya dari
sudut-sudut tinjauan logika formal, metodologi praktis, dan metafisika).
Berdasarkan pendapat di atas kita memperoleh gambaran bahwa filsafat
ilmu merupakan telaah kefilsafatan yang ingin menjawab
pertanyaan mengenai hakikat ilmu, yang ditinjau dari segi ontologis,
epistemelogis maupun aksiologisnya. Dengan kata lain filsafat ilmu merupakan
bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengakaji
hakikat ilmu, seperti:
- Obyek apa yang ditelaah ilmu ? Bagaimana wujud yang hakiki dari obyek
tersebut? Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia yang
membuahkan pengetahuan ? (Landasan ontologis)
- Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa
ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar mendakan
pengetahuan yang benar? Apakah kriterianya? Apa yang disebut kebenaran itu?
Adakah kriterianya? Cara/teknik/sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan
pengetahuan yang berupa ilmu? (Landasan epistemologis)
- Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana
kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana
penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral ? Bagaimana
kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah
dengan norma-norma moral/profesional?
Komentar
Posting Komentar